Wallahu A'lam
Sungguh mencerahkan, ketika mencoba mengambil pelajaran dari lelaki tukang batu di jaman Nabi. Saya menyimpulkan, Â bahwa harga diri lelaki tak selalu berbanding lurus dengan perolehan (baca uang) didapatkan dari bekerja.
Tugas sebagai lelaki adalah bekerja semampunya, proses ini bisa menjadi jalan untuk mengejawantahkan fitrahnya.
Sementara besaran atau nominal tak lebih sebagai akibat, dan akan mengikuti seberapa keras dan cerdas kita berupaya.
Jadi para suami dan para ayah, mari focus menjalankan syariat (bekerja) sebagai upaya mempertahankan fitrah.
Karena lelaki sejati adalah lelaki dengan harga diri, dihadapan istri dan anak-anaknya.
Elokkah suami istri bertukar peran?
Dalam kondisi suami tidak uzur (misal sakit parah, lumpuh, benar-benar tak berdaya), menurut saya sebaiknya jangan.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H