Sejujurnya, mula-mula saya tidak setenang itu. Menjalani hari dengan setumpuk kegiatan domestik, memikirkan makan, urusan rumah, dan lain sebagainya.
Lebih-lebih di awal istri sakit, semua pekerjaan tiba-tiba dibawah kendali saya. Otomatis tidak punya kesempatan, untuk beradaptasi dengan situasi baru.
Saya sempat dibuat jengkel, setelah capek menyiapkan makanan, anak wedok tidak suka masakannya.
Saya kewalahan dengan anak lanang (yang sekolah dari rumah), sedikit-sedikit minta dibuatkan mie instan, roti bakar, wedang jahe dan seterusnya.
Belum lagi saat kakak ipar chatting dan telepon, menambah suasana menjadi panik. Saya tersulut kegundahan, ketika diberi masukan ini dan itu.
Di puncak semua kelelahan, saya sempat tepar dan menyangsikan diri.Â
Apakah bisa melewati ini semua.
Bahwa  Ketenangan adalah Separuh Obat Itu Benar Adanya
"Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan"
Ibnu Sina
Sebagai muslim, saya menjadikan sholat lima waktu sebagai saat mengadu. Menumpahkan segala gundah, agar beban di dada dan kepala menjadi ringan.
Sembari mengerjakan pekerjaan menguras fisik, saya perdengarkan pengajian dari channel youtube.
Suatu pagi saya mendapat pencerahan, bahwa ketidak tenangan berasal dari hati. Maka untuk mengusir rasa tidak tenang, hati yang harus dikuatkan.