Masih jelas terekam di benak, hari-hari melelahkan beberapa waktu lalu dilewati. Dalam kecapekan tenaga dan pikiran, saya berusaha mengambil hikmah di baliknya.
Bahwa tak ada yang sia-sia atas setiap peristiwa yang terjadi, semua yang dikehendaki Sang Maha Kuasa pasti terbaik.
Pun sehelai daun yang jatuh, tak luput atas ijinNYA.
Kecapekan fisik saya rasakan, mulai dari pagi sesaat setelah sholat subuh. Mungkin efek kurang tidur semalam, sebentar- sebentar bangun memastikan istri tidak perlu ini dan itu.
Sebelum subuh saya melek, langsung memasak nasi, lauk siap olah (untuk anak-anak) dikeluarkan dari freezer agar mencair. Membangunkan anak-anak untuk sholat, kemudian menggoreng lauk.
Kegiatan ini sambung menyambung, sampai istri dan anak-anak selesai sarapan. Kemudian istri minum obat, hingga semua keperluan pagi itu dibilang rampung.
Sekira jam delapan pagi, badan mulai lemas tanda waktunya istirahat. Saya hapal kebiasaan tubuh sendiri, kalau capek tidak lekas diistirahatkan bisa tumbang.
Saya hanya butuh merem tak sampai lima belas menit, begitu membuka mata energi baru muncul dan badan kembali segar.
Setelah itu baru keluar rumah, ke warung langganan membeli lauk untuk makan siang dan malam.Â
Mampir apotek (entah) membeli vitamin atau obat, ke mini market membeli keperluan lain, berhenti di tukang buah.
Selain yang sakit, saya memperhatikan asupan anak-anak. Apa yang mereka sukai dibelikan, agar makannya lahap dan daya tahan tubuh bagus.