Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Tidak Hanya yang Sakit, Saat Mendampingi Juga Harus Sehat

8 Juli 2021   20:27 Diperbarui: 10 Juli 2021   09:05 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Kompasianers, saya doakan sehat selalu untuk semua- amin.

Di kondisi seperti saat ini, kesehatan menjadi harta yang lebih-lebih tak ternilai harganya. Kita bisa merasakan, (biasanya) setelah dianugerahi nikmat sakit -- meski sesaat.

Ya, sakit di saat seperti sekarang, benar-benar butuh kekuatan ekstra. Tidak hanya kekuatan finansial, tetapi kekuatan mental juga sangat dibutuhkan.

Saya mengalami sendiri, bagaimana musti akrobat mengurusi orang sakit. Di situasi pandemi lelahnya double bahkan triple, siap tidak siap mau tidak mau musti dilakoni bagian pilu ini.

Uniknya musti capek jiwa raga, musti tetap menjaga diri agar tidak sampai drop. Kalau seksi sibuk ini tumbang, kasian yang sakit tidak ada yang ngurus dan tak lekas sehat.

Tetapi dibalik ujian membawa hikmah, tentu bisa dipetik bagi kaum berpikir. 

Semoga Kompasianer, termasuk golongan orang yang pandai mengambil pelajaran.

Bahwa setiap orang pasti mendapatkan ujian, tetapi ujian tidak melampaui kemampuan manusia. 

Setelah melewati masalah, maka tingkat memahami keadaan semakin mendalam.

-----

Hari-hari belakangan ini, sebaiknya teman-teman lebih menahan diri. Mengerjakan banyak hal tanpa harus keluar rumah, kalaupun terpaksa keluar seperlunya saja.

Saya keluar rumah, kalau membeli bahan makanan atau urusan penting itupun seperlunya saja. Ke tempat ibadah memilih yang taat prokes, dan sekiranya memungkinkan.

Jangan abai memilih dan memilah asupan, hindari makanan yang sekiranya memicu sakit aneh-aneh. Kalau saya sudah lumayan lama, mengurangi asupan yang manis dan gorengan.

Jangan terlalu memforsir tenaga sehingga kecapekan, agar daya tahan tubuh tetap terjaga.

Dan agar pikiran tetap waras, saya sengaja stop dulu mengikuti berita politik dan riuh tentang wabah.

Memilih menonton video lucu, mendengarkan lagu, menyimak kajian dengan tema mennyejukkan dan menyetel chanel dzikir.

Dampaknya sangat terasa, hati menjadi senang, lebih tenang dan pikiran lapang.

Tidak Hanya yang Sakit yang Mendampingi Juga Musti Sehat

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Beberapa waktu lalu, saya pernah pontang- panting mencari obat dan vitamin. Bertandang dari satu apotek ke apotek lain, dan jawaban yang diterima seragam yaitu "kosong".

Dan yang mencari obat semisal, ternyata tidak saya sendiri. Saya berpapasan beberapa orang, keluar dari apotek dengan raut kecewa.

Melihat pemandangan ini saya berempati, turut merasakan bingung dan perasaan kalut. 

Selanjutnya berpikir keras, musti melangkah ke apotek mana lagi hendak dituju.

Dari apotek yang masih dalam jangkauan rumah, sampai apotek yang jalannya musti memutar dibela-belain. 

Begitu sampai pelataran apotek dituju, -- saking capeknya-- saya siap mendapat jawaban "kosong".

Itu baru urusan mencari obat, belum saat mengantar ke klinik dan antre. Belum mengurusi makan dan minum, ganti baju, minum obat dan seterusnya dan seterusnya.

Sudah semestinya, tak hanya yang sakit butuh diperhatikan. Yang menjaga (orang sakit) juga dtuntut memperhatikan diri sendiri.

--

Sadar bahwa keberadaan dibutuhkan, saya menjaga fisik agar tidak drop. Saban pagi membuat minuman jahe anget, meracik sendiri jahe alami bukan instan.

Menjaga jangan sampai perut kosong, sementara saya tak terlalu ketat seperti saat diet. Mengonsumsi suplemen dengan dosis yang dianjurkan, dan tidak berlebihan.

Olahraga ringan sebisanya, saya pilih gerak badan, skipping dan push up.  Dua minggu terpaksa absen jogging, atau jalan menyusuri jalan raya.

sewaktu waktu badan capek saya langsung istirahat, biasanya merem dan pulas sebentar saja. Lima atau sepuluh menit cukup, rasa kelelahan beranjak hilang.

Selama mengurusi orang sakit, kecapekan tidak bisa dihindarkan. Tetapi dengan management tenaga, pikiran dan waktu, setidaknya badan masih bisa diajak kompromi.

Dua pekan berlalu si sakit mulai membaik, rasanya lega dan bahagia seketika menyelimuti. Kelelahan telah dilalui seolah hilang, terbayarkan dengan senyum mengembang itu.

Di masa pemulihan, yang sakit tidak boleh langsung beraktivitas seperti sebelumnya. 

Musti pelan- pelan dan bertahap, dimulai dari mengerjakan hal ringan dan tidak memaksakan diri.

Di masa pandemi seperti saat ini, kesehatan adalah anugerah yang lebih lebih dirasakan tak ternilai harganya.

Buat teman-teman yang sedang sakit, semoga segera diangkat penyakitnya dan segera pulih seperti sedia kala.

Sementara bagi yang menjaga, diberi kesabaran, kekuatan dan ketabahan. Meskipun lelah jangan sampai drop, tetap memperhatikan diri sendiri.

So, tidak hanya yang sakit saja yang jaga musti sehat.

semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun