Masalah anak-anak biasanya berkisar di mainan atau adu omongan atau rebutan dengan teman-teman sebaya dan seterusnya. Bagi kita orangtua, mungkin masalah tersebut terkesan sepele atau remeh.
Tetapi kalau melihat dari sudut pandang anak, tentu bukan masalah sepele. Bayangkan betapa sedihnya, dikucilkan di lingkungan sepermainan. Saat teman ngumpul, tiba-tiba kehadirannya tidak dipedulikan.
Hal demikian tentu tidak nyaman, menjadi pikiran untuk anak seusianya. Bahkan mungkin ditahap menyinggung harga diri, mencoreng nama di tengah lingkup pertemanan.
Dan orangtua, tempat paling tepat untuk mengadu. Tentang perlakuan sebaya diterima dianggap tak memihak kepadanya. Tentang ketidakadilan di pergaulan membuatnya nelangsa dan merasa tersisih.
Bagi saya, curhatnya anak pada ayah dan atau ibu ibarat golden moment. Kesempatan langka jangan disia-siakan, saat membangun kedekatan bisa dimulai dari obrolan hati ke hati.
Tak penting topik dibahas, selama anak merasa ditanggapi, dia akan menemukan pahlawan bagi dirinya.
Masalahnya, siapkah orangtua melapangkan diri dan waktu?Â
Dalam kondisi standar dan tenang, bisa saja ayah menanggapi dengan baik. Â Tetapi saat badan sedang kecapekan, banyak masalah kerjaan mendera, pikiran kusut menanggung beban, tentu akan lain situasinya.
Selain tak leluasa dan tak fokus menanggapi obrolan, reaksi spontan (orangtua) muncul bisa jadi tidak seperti yang diinginkan.
Kemungkinan si anak terkena marah atau justru anak orang lain (yang diceritakan anak) kena semprot.
Wah, kalau sudah marah ke anak orang lain kemudian ke orangtuanya juga, bakalan panjang ceritanya,