Berkumpul di majelis dan membuka informasi seluasnya, termasuk informasi tentang pondok pesantren.
Melibatkan Anak dalam Mengambil Keputusan
Sejak anak naik kelas lima, saya dan istri sudah mengantongi beberapa nama pesantren. Mulai dari pesantren di luar kota, jabodetabek, atau yang masih dalam jangkauan dari rumah.
Kami memilih waktu di akhir pekan untuk hunting, mendatangi pondok sembari mengajak serta si anak.
Dan dari kegiatan ini, kami mengumpulkan informasi setiap pondok yang kami datangi. Mulai dari kegiatan, sistem belajar, prestasi pondok, dan (yang paling penting) dana pendidikan.
Sesampai di rumah saya dan istri ngobrol, mempertimbangkan baik dan tidak pondok didatangi dan memperkirakan kemampuan kami.
Ketika menentukan Pondok, kami meminta pendapat anak. Apakah dia merasa nyaman atau tidak, termasuk mendengarkan keinginannya.
Menyiapkan Dana Mondok
Dari hunting ke beberapa pondok, kami mendapat gambaran segala hal terkait belajar mengajar dan kegiatan selama di pondok.
Menyoal dana tidak bisa disepelekan, dan setelah membanding-bandingkan kemudian mengerucut ke pondok tertentu, kami semakin fokus.
Dari anak kelas lima, saya dan istri mulai berhitung besaran tabungan dikumpulkan. Saya terbiasa menghitung mundur, kemudian membagi besaran dana dengan jumlah bulan.
Misalnya dana diperlukan duabelas juta, sementara waktu pendaftaran masih duabelas bulan. Jadi kami menarget, setiap bulan (harus) menabung satu juta.