-----------
Kisruh harga makanan mahal di lokasi wisata, sebenarnya bukan kali  pertama terjadi.
Kompasianer mungkin ingat, kejadian di warung pinggir pantai wisata di daerah Serang Banten. Konsumen menerima tagihan sebesar satu juta sekian, untuk makan siang yang terdiri beberapa menu standart.
Setelah nota dipublish di medsos, Pemda setempat turun tangan dan menertibkan pedagang di wilayah tersebut.
Setelahnya pemilik warung menanggapi, bahwa harga tertulis di bon tersebut wajar untuk daerah wisata.
Soal pelayanan penjual yang baik, biasanya di warung yang (sebagian besar) pembelinya orang rumahan. Atau warung kaki lima, yang pelanggannya tetap.
Sementara penjual atau warung, yang pembelinya sekali lewat misalnya di tempat pariwisata.Â
Biasanya soal pelayanan tidak terlalu diutamakan, mungkin menganggap pembeli adalah pengunjung yang sekali datang.Â
Harga makanan yang lebih tinggi di tempat wisata, konon menyesuaikan biaya sewa (yang juga tidak murah).Â
Tetapi marahnya konsumen di Malioboro, tidak bisa diabaikan begitu saja.