Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meluapkan Amarah pada Buah Hati dengan Cara yang Tepat

29 Mei 2021   15:07 Diperbarui: 29 Mei 2021   22:15 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangan ini ditarik, tubuh bungsunya dihempaskan ke tanah pekarangan rumah. Ayah buru-buru masuk ke dapur, meninggalkan saya yang menangis. Sesaat kemudian keluar, dengan membawa ember berisi air.

"BYUUUR", seketika badan saya basah kuyub.

sumber gambar | nakita.id
sumber gambar | nakita.id
Saya menangis sejadi-jadinya, ayah kembali masuk dapur dan keluar lagi dengan ember berisi air. Dan suara "BYUR" kedua, tertangkap telinga.

Si bungsu, memang salah dalam soal ini tetapi rasa takut mengusai, sampai saya enggan bersitatap dengan sorot mata tajam itu. Kata-kata begitu menyentak, seperti kiamat kecil bagi anak sekecil saya (kala itu).

Di kemudian hari setelah menjadi ayah, saya juga pernah semarah itu pada anak lanang. Saya ayah yang sedang kesal, meluapkan kemarahan sejadi-jadinya.

Malam setelah kejadian pengguyuran, ayah membaik-baiki anaknya. Kalimatnya halus menyejukkan, seolah ingin mengobati luka tertoreh dihati jagoannya.

Pun saya, setelah kemarahan kepada anak lanang. Seharian saya gendong, sebagai bentuk penyesalan dan permintaan maaf.

Batin ini menyesal banget, kemungkinan besar perasaan ayah saya begitu adanya.

Meluapkan Amarah pada Buah Hati dengan Cara Tepat

Seorang ibu sibuk, menyiapkan jamuan untuk tamu sang suami. Sementara sang anak, bermain di halaman. Setelah semua makanan tertata rapi, tuan rumah mengajak tamunya berpindah ke ruang makan.

Saat semua bersiap-siap hendak bersantap hidangan, anak tuan rumah ikut-ikutan masuk. Tanpa disangka, tangan anak kecil itu menaburkan debu ke makanan.

"Pergi kamu. Biar kamu jadi imam masjid Haramain"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun