Jangan sampai berlalunya Ramadan, menjadi alasan kita kembali ke pola konsumsi lama. Pola makan dan gaya hidup, yang sebenarnya kita tahu tidak sehat dan merugikan diri sendiri.
Setelah Ramadan Berlalu, Apa Kabar Berat Badan?
Mengikuti serial kisah para Nabi di Youtube, ada kesamaan sikap yang saya perhatikan dari kebiasaan manusia pilihan ini. Â Baik Nabi, sahabat, atau orang terpilih, mereka memilih seperlunya saja dalam hal mengonsumsi makanan.
Nabi Yusuf ketika paceklik melanda Mesir, sebagai pembesar kala itu terjamin makan minum tetapi beliau memilih tidak pernah kenyang saat makan.
Maryam ibunda Isa AS, sering memberikan roti (jatah berbuka puasa) untuk orang yang (mengaku) anaknya kelaparan. Di kemudian hari diketahui orang ini berbohong (roti dimakan sendiri), tetapi Maryam tetap saja memberikan rotinya.
Rasulullah manusia mulia, Beliau makan setelah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Baginda Nabi mengganjal perut dengan kerikil (diikat dengan kain), untuk membantu menahan rasa lapar.Â
Menjelang wafat (perihal mengikat kerikil) diketahui para sahabat, membuncahkan haru sekaligus kekaguman, tercatat dengan tinta emas peradaban. --- Subhanallah.
---
Bahan baku utama tubuh adalah gula, musti diubah menjadi energi jangan ditimbun. Kalau bahan utama ini terpakai habis, cadangan (umumnya 15%) glikogen berupa lemak terpakai.
Bayangkan Kompasianer, ketika lambung diisi seperlunya saja maka akan digunakan optimal. Setelah bahan baku utama (glukosa) lekas habis digunakan, dilanjutkan penggunaan cadangan.