Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jangan Sembarangan Menjodohkan, Pertimbangkan Faktor Sekufu

21 Mei 2021   14:31 Diperbarui: 21 Mei 2021   15:48 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar | tirto.id

Di kemudian hari Zaid menikah lagi, kemudian lahirlah Usamah bin Zaid adalah panglima termuda (18 th) di sepanjang sejarah islam -- namanya orang hebat keturunanya juga hebat.

Hikmah disimpulkan para ahli ilmu dan ulama adalah, bahwa suami soleh dan istri solehah itu baik tetapi faktor sekufu tidak bisa diabaikan. Konon Zaid bin Harisah dulunya seorang budak (kemudian telah dibebaskan), sementara Zainab adalah wanita Quraish nasab terhormat di Arab.

Ketidaksetaraan mereka berdua tidak bisa diatasi, si suami tidak bisa naik dan istri tidak bisa turun. Andai keduanya bisa menyesuaikan lain soal, kemungkinan perceraian tidak terjadi. 

Ketidaksepadanan (sebenarnya) terjadi juga pada Rasulullah (karyawan), yang menikahi Siti Khadijah (atasannya) yang seorang saudagar kaya.

Tetapi Kanjeng Nabi dan sang istri saling menyesuaikan, Khadijah wanita mulia sangat paham bahwa suami ahli dagang dan sangat amanah, maka diserahkan seluruh hartanya untuk dikelola.

Setelah menjadi suami istri, Khadijah menjadi sangat tergantung kepada suami. Dan Sebagai suami Rasul sangat berwibawa, dengan keteladanan tak lekang di makan jaman. 

Fitrah suami adalah qowwam (pemimpin), sehingga sangat wajar apabila istri tergantung kepada imamnya. Demikian syariat menentukan hubungan suami istri, asal kita mematuhi (syariat) niscaya kebaikan dunia akhirat akan didapat.

Jangan Sembarangan Menjodohkan, Pertimbangkan Faktor Sekufu

Di artikel saya sebelumnya, saya mengisahkan bahwa kami suami istri hasil dari dipertemukan teman. Teman saya kenal dengan (saat itu) calon istri, kemudian kami dipertemukan. Keputusan untuk berlanjut atau tidak, sepenuhnya ada di tangan saya dan calon istri (kala itu).

Baca :  Mencari Tambatan Hati dengan Dijodohkan Ibarat Menihikan Gengsi

Tetapi kalau menarik waktu ke belakang, sebenarnya calon istri -- saat itu-- bukan orang yang pertama ketemuan dan dicomblangi dengan saya.

Ada beberapa perempuan pernah janjian dan ketemuan, ada yang  diperantarai ibu kost, teman sekantor, kerabat jauh dan sebagainya. Di antara teman yang sempat kenalan, ada yang pekerja kantoran, ada yang bekerja di sebuah kantir BUMN, ada yang Pegawai Negeri Sipil dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun