Selain itu ada kegiatan berbuka puasa bersama, memperingati Nuzulul Quran, kuliah subuh saban sabtu dan minggu, serta sahur bagi jamaah yang beriktikaf, serta menerima pembayaran zakat.
Merasai Ramadan tahun ini, saya semakin serius mengamini. Bahwa manusia memang diturunkan sebagai pemakmur bumi, bekal akal dan pekerti menjadi solusi menghadapi masalah hidup.
Terbukti sampai hari Ramadan di ujung, kami warga bisa khusus sembahyang. Dan sholat Iduf Fitri tak urung digelar.
Eits, kemuliaan manusia belum ada habisnya. Setelah ber-Ramadan di tengah pandemi bisa dilalui, kini kita berlebaran juga tak kalah seru.
Saya masih tetap bisa saling bersapa lebaran, dengan saudara yang tersebar di Gresik, Sidoarjo, Semarang, Magetan, Madiun, Cibinong, Sukabumi. Bahkan ada satu adik sepupu saya, juga ikut nimbrung meski sedang bertugas (layar) di Laut Banda  Â
Semudah Ini Silaturahmi Lebaran di Masa Wabah
Di jaman serba digital saat ini,menyoal keterhubungan seharusnya sudah bukan masalah besar. Bagaimana tidak. Soal kendala jarak dan waktu plus biaya, sudah bisa dipangkas sedemikian hematnya.
Ibarat kata kerepotan tak lagi menjadi alasan, untuk menjalin silaturahmi dengan orangtua, saudara, kerabat, tetangga, sahabat, teman atau kenalan biasa sekalipun.
Tinggal kitanya yang menyediakan diri, untuk dihubungi dan atau menghubungi. Untuk lebih dulu menyapa atau membalas sapaan, sehingga terjadi keterhubungan.
Kalau saya dan keluarga, selepas sholat ied ke rumah mertua (masih ada ayah) untuk sungkem. Kemudian bersilaturahmi dengan kakak ipar, yang masih tinggal seatap.