Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Donasi Digital Memungkinkan Donasi hingga Ujung Bumi

6 Mei 2021   20:50 Diperbarui: 6 Mei 2021   21:12 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian besar kita, sangat mungkin tak membayangkan sebelumnya, Bahwa dunia modern dengan teknologi digital-nya, telah membawa perubahan yang luar biasa dahsyat. Digital telah merombak semua urusan manusia, mulai dari belanja, bekerja, bermain, belajar termasuk soal donasi atau sedekah.

Belum lama ini, kami melalui Komunitas Ketapels (Kompasianer Tangerang Selatan dan sekitarnya) bekerjasama dengan organisasi nirlaba. Mengadakan penggalangan dana, yang disalurkan untuk dhuafa di  Palestina dan Indonesia.

Sedikit yang saya bisa dan mampu, saya coba kerahkan meski tidak tahu berapa hasilnya. Tetapi di batin ini (sebenarnya) dibuat takjub, betapa donasi di era digital begitu mudah dan jangkauannya mengglobal. 

Kehadiran digital telah merombak semua yang mainstream, apapun yang dulunya tak mungkin menjadi mungkin, sesuatu yang dulunya mustahil menjadi sebuah keniscayaan.

Tinggal kita-nya, dituntut selalu meng-upgrade kemampuan diri. Sehingga bisa mengikuti perkembangan jaman, tidak tergilas oleh kemajuan dan bisa terlibat dan atau melibatkan diri.

-----

Dulu siapa menyangka, anak sedang di tanah rantau bisa ngobrol dengan ibu atau ayahnya di pelosok kampung. Ajaibnya obrolan dilakukan dengan bertatap muka (melalui video), bisa saling melihat satu sama lain.

Saya bisa melihat langsung kerutan di wajah ibu, helai rambut beliau yang memutihnya, pun bisa melihat air muka dan senyum renta tanda ibu bahagia.

Jauhnya jarak (ibu dan anak), sama sekali tak memangkas waktu obrolan. Layaknya sebuah perbincangan langsung (tanpa perantara), bisa sambil ngopi dan duduk di teras.

Padahal kalau saya jalan darat untuk balik kampung, butuh waktu tempuh sekira 18 jam agar bisa bersua dengan ibu. Menemui ibu dan kerabat tak mungkin dengan tangan kosong, setidaknya membawa oleh-oleh untuk orang- orang terdekat.

Kini dengan alat canggih bernama handphone, kita cukup modal kuota saja dan harganya tidak semahal tiket kereta atau pesawat. Ngobrol melalui handphone, bisa dilakukan kapan saja sesuai kesepakatan. Yang pasti lebih cepat, lebih hemat, lebih praktis, dan tidak pakai ribet.

Satu contoh lagi, adalah urusan melamar pekerjaan.

Jaman saya mencari pekerjaan dulu, musti poto copy ijasah telah dilegalisir, Copy KTP, SKCK (kalau diperlukan), menulis surat lamaran secara manual dan daftar riwayat hidup dan seterusnya.

Kalau sudah siap dimasukkan amplop cokelat, dikirim melalui post atau diantar langsung. Itu kalau naik angkot pakai acara kesasar cari alamat, alhasil lebih ribet, makan waktu, makan tenaga, makan biaya.

Kini keriwehan itu dinihilkan dengan teknologi, generasi sekarang cukup scan semua persyaratan kemudian dikirim via email---beres kan. Tak perlu mengantar langsung, sehingga bisa mengerjakan yang lain.

Termasuk soal donasi atau sedekah atau (sekarang) zakat fitrah. Banyak lembaga pengelola ZIS (Zakat Infaq Sedekah), menyediakan layanan online. Mereka memasang (misal) iklan, spanduk atau baliho, dengan menyertakan kode QR ditampilkan lebih menonjol.

Calon donatur yang tertarik tinggal scan kode tersebut, kemudian memilih cara pembayaran misal melalui transfer bank atau dengan ewallet.

Program donasi juga dikreasikan dengan aneka rupa, ada yang untuk korban bencana, untuk membantu saudara yang kesusahan, untuk pengadaan sumur di daerah tandus dan seterusnya.

Tak hanya di dalam negeri lho, bahkan donasi juga disalurkan untuk saudara kaum dhuafa di luar negeri. Sebagai bentuk pertanggung jawaban, dibuatkan foto atau video saat penyerahan donasi (biasanya sudah diwujudkan barang).

dokpri
dokpri

Donasi Digital Memungkinkan Donasi Hingga Ujung Bumi

Saya pernah mengikuti kajian jelang Ramadan, narsum kala itu berdiskusi tentang strategi pengumpulan dan pendistribusian zakat.

Kebanyakan kita terbiasa, membayar zakat di sepuluh hari terahir. Artinya di waktu-waktu genting, berhimpitan dengan ditunaikan itikaf. Rasul dan para sahabat di hari-hari tersebut, justru memperketat intensitas di masjid jelang akhir Ramadan.

Satu narsum memberi ide cukup bagus, yaitu membuka layanan pembayaran zakat dengan scan barcode. Sehingga di masjid atau lembaga ZIS, tidak perlu membuat jadwal petugas untuk menunggu orang hendak membayar zakat.

Termasuk cara distribusi, tak perlu kaum dhuafa datang dan antre panjang untuk mendapat jatah beras---apalagi sekarang pandemi. Penerima zakat cukup diminta no rekening, kemudian pembayaran dilakukan secara digital.

Dan kalau zakat yang didapatkan berkelebihan, bisa disalurkan ke saudara muslim dhuafa  di luar negeri. Melalui perantara lembaga nirlaba, yang mengadakan program tertentu. Salah satunya dengan lembaga, yang bekerjasama dengan Ketapels (atau bisa lembaga manapun).

Lebih dari itu semua, kehadiran digital sejatinya bisa menjadi berkah. Kebaikan yang kita tunaikan, bisa menyebar ke khalayak yang lebih luas. Dan donasi digital, memungkinkan donasi hingga ujung bumi.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun