Kisah penuh haru mengandung ibroh, ada di sepanjang perjalanan hidup Rasulullah dan para nabi lainnya. Mereka sebagai peletak akidah, menuntun umat manusia untuk tegaknya syariat. Â
Belajar dari Kisah Nabi Berwajah Teduh, Diawali dan Diakhiri dengan Takwil Mimpi
Masa itu terdapat nama Faiqoh saudara perempuan Nabi Yakub, keduanya merupakan keturunan Nabi Ishak. Sang bibi melihat tanda-tanda kenabian, terdapat pada diri Yusuf kecil dari kali pertama datang ke Kan'an.
Perempuan mulia ini bersikeras, ingin mengasuh bocah piatu menggantikan peran Rahel Ibunda Yusuf. Rahel meninggal ketika di perjalanan menuju Kan'an, saat melahirkan Ben Yamin (adik Yusuf).
Yusuf kecil sudah menampakan kecerdasan, mampu menjawab pertanyaan "berat" saat sang ayah (Nabi Yakub) saat mengadakan (semacam) kajian/ sejenisnya. Dan kemampuan ini, lagi-lagi disikapi lain oleh saudara-saudaranya.
Faiqoh mewanti-wanti Yakub, untuk menjaga Yusuf lebih ketat. Mengingat anak ini, akan memasuki masa penuh uji dan coba hingga dewasa. Fase meniti jalan kenabian, yang tidak akan dilalui sebelas saudara lainnya.
Kenekatan saudara lain ibu semakin meruncing, mendengar Yusuf mengisahkan mimpi ke sang ayah. Mimpi iti adalah melihat matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud kepadanya.
Sang ayah dengan perlahan, membisikkan takwil mimpi dialami anak lanang kesayangan. Demi menjaga perasaan anak-anak yang lain, agar rasa iri dengki tak menghinggapi lebih lagi. Tetapi apa mau dikata, salah satu ibu sambung mendengar dan diteruskan ke saudara Yusuf.
Saya menyerap pembelajaran tentang sabar dan berserah diri dimiliki oleh Nabi berparas rupawan ini. Tabah saat dibuang saudaranya ke dalam sumur, kemudian dientaskan khilafah dan dijual sebagai budak.
Hidup sebagai pelayan di istana bendahara Mesir, tidak serta merta membuat hidupnya nyaman. Setelah dewasa menghadapi bujuk rayu Zulaikah sang majikan, atas penolakan membawanya ke bilik penjara.
Sepuluh tahun di dalam jeruji besi, Yusuf tak ubahnya bagai cahaya di kegelapan. Disayang tahanan lain, dihormati para sipir karena kelembutan sikap dan tutur kata.