Kalau ditanya masjid favorit, maka jawab saya pasti Masjid "Nabawi". Â Umat muslim mana tak kepingin , sholat di masjid yang di dalamnya ada makam baginda Nabi. Masjid Nabawi dengan Raudah-nya, konon adalah cukilan taman dari Syurga. Sebagai tempat mustajab, untuk melangitkan doa.
Sungguh, saya merasa beruntung. Telah diperkenankan mengunjungi masjid paling saya kangeni. Larut dan tunduk dalam khusyu sembahyang, berbaur dalam sholawat kepada Nabi junjungan.
 --------
Sebenarnya ada alasan, yang membuat saya terpesona dengan Masjid Nabawi. Menilik sejarah, saat Rasulullah tiba di kota (kala itu nama Madinah) Yastrib -- setelah hijrah dari Mekah.
Ketika itu masyarakat menyambut kedatangan Nabi, dan berebut agar rumahnya dijadikan tempat Nabi tinggal. Dan di sini Rasul tampak sangat bijaksana.
Demi menyenangkan semua orang, Nabi tidak mau memutuskan sendiri (akan tinggal di mana). Di hadapan semua yang hadir, Rasul melepaskan ontanya agar bebas berjalan. Di mana onta ini berhenti, maka di tempat tersebut Nabi Muhammad akan tinggal.
Dan benar saja, setelah binatang berpunuk ini berjalan tak lama kemudian duduk di satu tempat. Dan di tempat itulah kemudian dibangun rumah Kanjeng Nabi, satu area dengan masjid (kemudian dikenal dengan Masjid Nabawi).
Rumah Nabi sangat sederhana (silakan search), saya pernah melihat tiruannya (dalam bentuk maket) di sebuah pameran buku internasional. Pun masjidnya kala itu tak kalah sederhana, hal demikian menunjukkan kepribadian Beliau.
Masjid Nabawi menjadi satu dari tiga tempat mulia, selain Masjidil Haram Mekah dan Masjid Al Aqso Palestina. Sebegitu mulianya, tersebutkan dalam sebuah hadis.
Rasulullah bersabda, "Jaganlah (kalian) mengkhususkan melakukan perjalanan (jauh) kecuali menuju tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram (Mekah) Masjidku (Nabawi -- Madinah), dan Masjid al- Aqsha (Palestina). Â
Madinah menjadi kota suci, banyak tonggak sejarah islam ada di kota ini. Mulai makam baqi, tempat para mujahid perang badar dikebumikan. Ada masjid Quba, Jabal Uhud, Masjid Miqat, Masjid Qiblatain dan masih banyak tempat bersejarah lainnya.
Madinah kota penuh berkah, kota yang kemakmurannya bekat doa Nabi SAW. Maka kalau sedang berada di Madinah, saya sarankan usahakan berlama-lama di Masjid Nabawi.
Masjid Nabawi Masjid  Klangenan Ati
Masih terekam jelas diingatan, ketika saya berkesempatan umroh beberapa tahun silam. Kala itu saya lebih memilih tidur di Masjid (baik di Madinah maupun Mekah), dibandingkan tidur di kamar hotel.
Sampai-sampai Mutawif sempat komplain, mengingat saya jarang angkat telepon saat dibangunkan malam untuk Tahajud.
"Ustad, saya tidurnya di masjid"
Untung mutawif seumuran adik saya ini sangat paham, dan sejak saat itu saya tidak pernah dicari-cari keberadaan ketika malam tiba.
Larut malam di pelataran Nabawi, saya merebahkan diri memandangi langit Madinah. Pikiran melayang untuk kilas balik, membayangkan sekian abad silam di tempat yang sama.
Saya membayangkan umat islam permulaan, menurut saya begitu beruntung karena bisa bertemu langsung dengan manusia pilihan. Saya membayangkan para sahabat setia, sebegitu setia dan membela Nabi SAW.
"Sesungguhnya aku akan pergi bertemu Allah (meninggal dunia). Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang dengan kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau jika bertemu dengan Alloh dalam keadaan berhutang kepada manusia"
Akasyah bangkit dan menyahut, "Ya Rasulullah aku ingin sampaikan, seandainya ini dianggap utang maka aku ingin selesaikan, tetapi apabila tidak, tidak perlulah berbuat apa-apa. Aku masih ingat ketika perang uhud dulu, engkau menunggang kuda lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda . Tetapi cemeti itu terkena pada dadaku, ketika aku berdiri di sebelah kuda".
"sesunguhnya itu adalah hutang ya Akasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku terima hal yang sama,"Â jawab Rasul.
Singkat cerita Akasyah hendak membalas, tetapi sahabat riuh dengan kelancangan Akasyah terhadap Nabi. Â Bahkan beberapa sahabat rela dicemeti, sebagai pengganti agar Nabi dibebaskan dari balasan. Akasyah geming dan semakin menjadi-jadi.
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju ya Rasulullah", mendengar demikian semua yang hadir semakin geram.
Nabi yang dalam kondisi lemah menuruti, beliau membuka baju tampak beberapa buah batu diikat di perut tanda menahan lapar (Subhanalloh)
"Wahai Akasyah bersegeralah dan janganlah berlebih-lebihan. Nanti Alloh akan murka kepadamu,"
Akasyah menghampiri Rasulullah, tangan yang memegang cemeti itu lunglai. Cemeti dilempar, lalu Akasyah memeluk Rasulullah seerat-eratnya  sambil menangis.
"Ya Rasulullah, mana ada manusia sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya, agar dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah".
Rasulullah dalam keadaan sakit berkata," wahai sahabat- sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Syurga, maka lihatlah Akasyah."
Saya merinding dengan banyak kisah di tempat mulia, semulia Masjid Nabawi. Masjid yang dibangun oleh orang-orang mulia, bukti kesetian kepada manusia sempurna di langit dan bumi.
Masjid Nabawi menjadi saksi perjuangan Nabi dan para sahabat, menghunjamkan kisah-kisah penabur benih keimanan. Sebagai tonggak kebangkitan Islam, agama yang membawa rahmat bagi alam. Makasaya tak ragu menyatakan, bahwa Masjid Nabawi masjid klangenan ati (dirindukan dan selalu ada di hati).
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H