Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadan Tahun Ini, Mustinya Menjadi Ramadan Spesial

25 Maret 2021   17:27 Diperbarui: 25 Maret 2021   17:49 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bukber - dokpri
bukber - dokpri
Kemudian berbuka cukup dilaksanakan di rumah saja, menu disediakan juga sekedarnya. Tidak ada undangan berbuka, biasanya di tahun sebelumnya saya terima di awal puasa. Masjid dan mushola tiada sholat tarawih, majelis taklim, kajian subuh, tadarus nyaris tak terdengar.

Dan yang sangat terasa adalah sepuluh hari terakhir Ramadan, itiqah dilakukan di rumah masing-masing karena masjid tutup.  Sungguh terasa sangat janggal, tetapi demikianlah kenyataan musti terjadi.

Siapa menyangka, Indonesia tak pernah lepas dengan budaya mudik. Maka pada Idul Fitri tahun lalu mendadak senyap. Tak ada berita tentang kemacetan lalu lintas, tak ada kesibukan balik kampung halaman.  Parcel lebaran dan angpau biasa dibagi-bagikan diliburkan, tempat wisata, Hotel, tiket transportasi semua ditangguhkan.

Di sisi lain berdampak pada pendapatan menurun, akibat pekerjaan  sepi dan banyak kantor merumahkan karyawannya. Kita semua pasti merasakan kepiluan, belajar mengikat pinggang lebih kencang.

Ramadan Tahun Ini Mustinya Menjadi Ramadan (Lebih) Spesial Bagi Kita

Pandemi musabab semua perubahan, kejadian tak terbayangkan bahkan tak pernah terbersit di benak. Kejadian wabah merata di penjuru dunia, memaksa merubah seluruh sendi kehidupan.

Masyarakat terdampak dari sisi ekonomi, sebagian ada yang kesehatan menurun bahkan ada yang meninggal. Saat ini sebagian besar kita,  tertatih-tatih bertahan sembari mencoba segera bangkit.

Apapun kondisi dunia sedang berlangsung, kemuliaan Ramadan tak akan ternoda. Bulan mulia tetaplah menerima semesta, saatnya kita membenahi dan introspeksi diri. Ramadan di saat pandemi, justru menjadi kesempatan emas berkaca.

dokpri
dokpri
Kalau kita renungkan, Ramadan demi Ramadan yang telah lalu betapa tersia-siakan. Nyaris tak ada peningkatan keimanan, nyaris tak ada getaran kalbu ketika mengucap sholawat. Maka saat terpuruk seperti saat ini, semestinya hati ini lebih lembut.

Suasana Ramadan tahun ini bisa jadi tak berbeda tahun sebelumnya, tetapi kita yang musti berbeda dalam menyikapi. Mempersiapkan kondisi yang terbaik, ibaratnya batin ini begitu dahaga.

Ramadan tahun ini semestinya menjadi Ramadan (lebih) spesial bagi kita. Bukankah disaat babak belur, artinya mental kepasrahan dan keberserahan semakin tulus. Bukankah disaat kondisi tercabik, maka doa pengharapan menjadi lebih dalam.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun