Sependek pengalaman saya, (sebenarnya) banyak manfaat bisa dipetik dari berkomunitas.
Melalui komunitas, siapapun punya kemungkinan untuk merealisasikan gagasan. Dengan berkomunitas pula, setiap anggotanya bisa mengembangkan potensi diri. Tapi berkembang tidaknya individu di komunitas, sepenuhnya terpulang pada si individu itu sendiri.
.
Sejak berseragam biru putih, saya mulai berkenalan dengan organisasi. Kala itu ditunjuk menjadi pengurus OSIS, sebuah prestise yang tidak didapati oleh setiap siswa (begitu kesan saya tangkap). Nyaris di semua kegiatan sekolah, nama saya tercantum sebagai panitia.
Ketika susunan panitia di pasang di papan pengumuman, rasanya rongga dada ini mendadak penuh sesak. Meskipun sejatinya, di OSIS peran saya tidak lebih sebagai penggembira saja.
Ketika ada acara perpisahan, idul qurban dan sebagainya, saya ada di sie perlengkapan. Sebelum dan sesudah kegiatan, tugas saya bagian angkat angkat meja kursi dan urusan per-otot-an :) .
Meskipun saat berangkat dari rumah, dadanan terlihat rapi memakai dasi, baju putih, celana hitam dan sepatu kulit (kalau diingat-ingat, seperti peladen di kondangan---hehehe).
Suara saya didengar, bahkan cukup punya peran penting di beberapa kegiatan. Meskipun saya tidak bisa terlalu aktif, karena kuliah nyambi bekerja.
Selepas kuliah, kegiatan berkomunitas tidak serta merta berhenti. Dengan beberapa teman di Surabaya, pernah menginisiasi kegiatan berkaitan dengan pemulung.
Pun di Kompasiana..