Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mulai dari Resik Makam, Ater-ater dan Prepegan ada di Kampungku

18 Mei 2020   12:10 Diperbarui: 18 Mei 2020   12:11 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan menjelang lebaran, biasanya di kampung halaman saya mulai ada kegiatan yang sangat khas. Ibu sudah "ngomel", minta kami anak-anak bersih-bersih makam kakek (ayah dari garis ibu). Kemudian ayah, mengajak satu diantara kami (tiga kakak beradik) untuk ikut serta.

Jarak rumah ke makam sekira 2 kilometer, karena motor satu-satunya (kala itu) dipakai kakak mbarep (kuliah di kota), maka berdua ke makam dengan jalan kaki. Saya masih ingat, ayah sengaja membawa bunga tabur seplastik penuh.

Sesampai tujuan, makam yang kami tuju kali pertama, adalah makam mbah kakung (ayahnya ibu).  Ayah mengajak membersihkan makam lebih dulu, rumput, lumut dan tanaman kecil liar yang tumbuh dibersihkan.

Kemudian setelah dirasa bersih, saya seperti diajak memasuki suasana berubah magis. Ayah memulai berdoa, saya (masih SD) duduk di samping kiri ikut menunduk dan merapal doa apa saja sebisanya.

Paling aman, adalah membaca al fatihah yang ditujukan ke Rasulullah, para sahabat, alim ulama dan wabil khusus kepada arwah mbah kakung.

Di makam mbah kakung, kami bisa sampai lima menit-an bersih-bersih dan berdoa. Dan taburan bunga dilakukan, ayah dua kali dan saya juga dua kali.

Setelah selesai dari makam utama (mbah kakung), ayah mengajak keliling area makam, nyamperin makam saudara dari garis mbah kakung yang sudah tiada.

Kami berdoa dan menabur bunga, tapi tidak jenak seperti di makam mbah kakung. Bisa empat lima makan didatangi, dan kembang ditabur seperlunya.

Kalau kembang di plastik masih ada, ayah melihat nama-nama lain yang terpahat di nisan, yang sekira dikenal. Biasanya tetangga (dekat atau jauh), teman ayah atau ibu, atau siapa saja yang namanya pernah dikenal ayah.

Biasanya, ayah sembari menjelaskan silsilah orang yang makamnya kami dekati. Kadang, dikisahkan sedikit kebaikan almarhum/ almarhumah.

Kalau sekiranya sudah cukup, kemudian kembang masih tersisa. Sebelum benar-benar keluar makam, ayah minta anak bungsunya menyebar di pintu masuk makam.

"Biar semua arwah yang ada di sini, kebagian mendapat doa" ujarnya.

 Kenangan puluhan tahun silam, baru saja berkelebat di benak. Saya yang termasuk kerap diajak resik-resik dan nyekar, masih bisa merekam kejadian dengan jelas.

-------

Sekira lima belas tahun silam, almarhum ayahanda dimakamkan satu area dengan makam mbah kakung. Terakhir mudik (lebaran setahun lalu), saya mengajak anak lanang bersih-bersih makam sekaligus nyekar.

"Kakak, ini makam mbah kakung, kita doa dulu di sini," ajakan saya diikuti si mbarep.

Kebiasaan yang sama, kini saya turunkan ke anak saya. Yaitu bersih-bersih makam dilanjutkan nyekar.

"Yang ini makam mbah uyut kakung dan mbah uyut putri"

"Yang rumahnya sebelahan sama rumah mbah uti kan Yah"

Anak saya beruntung, masih menemui mbah uyut putri-nya. Jadi ketika saya sebut nama itu, maka dia bisa membayangkan wajah dan mengidentifikasi hal terkait lainnya.

Kemudian saya ajak berkeliling area makam, nyamperin makam yang sekira saya kenal dengan membaca nama di batu nisan.

Makam bude atau pakde, bulek atau paklik (kebanyakan saya kenal), para tetangga, teman semasa SD atau SMP yang telah berpulang lebih dulu, nama-nama adik kelas.

Dan kalau kembang masih tersisa, saya ajak anak berdiri di pintu makam. kemudian berdoa dan menaburkan kembang di tempat kami berdiri.

"Biar semua arwah yang ada di sini, kebagian mendapat doa" ujar saya.

*****

sumber gambar | cnnindonesia.com
sumber gambar | cnnindonesia.com
Ater-ater --- kebiasaan khas yang tak bakal saya lupakan, adalah ater-ater (atau mengantar atau menyampaikan hantaran) makanan kepada tetangga.

Lagi- lagi, saya adalah anak yang kerap diberi tugas untuk hal ini. Rumah pertama yang diberi hantaran adalah rumah mbah uti (ibunya ibu).

O'ya, rumah tempat kami tinggal, berdekatan dengan rumah mbah (dari garis ibu) dan rumah bulek (adik ibu). Sementara keluarga dari garis ayah, berasal dari Kabupaten berbeda. Tak heran, kalau saya cukup dekat dengan saudara dari garis ibu.

Hantaran untuk mbah uti saya, adalah menu paling spesial. Biasanya ibu menyiapkan satu ekor ayam utuh, yang sudah dipanggang. Kemudian ada nasi dan lauk lain disertakan, biasanya memakai rantang.

Setelah ke rumah mbah, barulah keliling ke beberapa rumah tetangga dituakan. Hantaran disampaikan berupa nasi, lauk dan sayur sepantasnya.

Untuk para tetangga, bisanya ater-ater cukup memakai baki nasi. Nasi sepiring, lauk sepiring, dan sayur (biasanya opor) ditaruh di mangkok.

Biasanya kami tidak sekedar mengirim ke tetangga, tetapi ibu di rumah juga mendapatkan hantaran dari tetangga.

Saya senang menjalankam tugas ater-ater, selain untuk mengisi waktu sembari menunggu berbuka, kadang ada tetangga yang memberi sangu.

*****

dokpri
dokpri
Prepegan --- Mendekati hari lebaran, biasanya di pasar ada prepegan (pasar besar dadakan). Pasar kampung pada umumnya, hanya punya dua hari pasaran besar saja (tiap kampung berbeda harinya).

Di kampung saya, Pon adalah hari pasaran paling besar, selain pasar utama ada pasar sapi dan pasar kambing yang buka. Sementara hari pasaran kliwon, sedikit agak besar karena yang buka pasar kambing saja.

Selebihnya di tiga hari pasaran lainnya (wage, legi dan pahing), yang berjualan hanya sedikit di pasar utama. Hanya separuhnya penjual yang buka, dan jam pasar cukup singkat (sekitar 4 jam-an saja).

Biasanya tiga hari menjelang lebaran, diadakan prepegan atau pasar besar khusus yang tidak terpengaruh oleh hari pasaran di kampung.

Ibu yang punya warung sembako di pasar, sudah bersiap sejak pertengahan puasa. Yaitu belanja dagangan lebih banyak, dibanding hari-hari sebelumnya.

Mulai gula, mie, telor, minyak, krupuk mentah distock dari minggu kedua ramadan. Dan kemudian setelah saya SMP, kakak ipar (istri dari kakak sulung) setiap prepegan ikut jualan kue kering, dengan membuka lapak di samping lapak ibu.

-----

"Lebaran sekarang sepi" ujar ibu melalui sambungan telepon.

Malam selepas taraweh, ibu mengisahkan yang sedang berlangsung di kampung. Bahwa sudah ada edaran, dan kemudian disampaikan melalui toa dengan mobil keliling.

Bahwa untuk lebaran tahun ini, sementara semua ditahan dulu, tidak usah ada ater-ater, tidak ada prepegan, resik makam dilakukan jauh hari jangan bebarengan.

"mugo mugo cepet rampung yo virus corona" tutup ibu mengakhiri percakapan malam itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun