"Wis, badanmu segitu saja, itu sudah pas sudah pantes" ujar ibu dari layar handphone, ketika video call" Ojo dikurusin lagi, nanti elek,"
Sedewasa ini, ibu masih saja nyerewetin anak bungsunya. Saya sih, seneng ada yang marahin. Memang ada alasan dibalik cerewetnya ibu, biar penasaran saya akan tulis nanti--hehhehe
Ibu, adalah orang pertama. Yang menunjukkan kekagetan, (menurut saya) secara berlebihan. Ketika beliau melihat, saya bisa membuang lemak berlebih di badan.
Dikorek habis kebiasaan ini, sampai bobot ini menyusut cukup signifikan. Saya mengerti kekawatirannya, beliau hanya tidak ingin melihat saya sakit.
Atas pertanyaan ibu, saya menjawab senetral mungkin. Bahwa anaknya ini, telah merubah gaya hidup dan selektif dalam  asupan.
Masalah makanan, menjadi perhatian lebih . Saya  menghindari gorengan, makanan bersantan, asupan yang mengandung gula, garam atau lemak berlebih. Dan jangan lupa olahraga. Kegiatan ini, menjadi kebiasaan saya (setidaknya) empat tahun belakangan.
Seperti umumnya kita manusia, saya jatuh bangun mempertahankan kebiasaan ini. Berat badan masih naik turun, olahraga kadang terlewat, tetapi saya usahakan jangan sampai kebablasan.
Nah, sepanjang Ramadan ini, saya tetap berupaya melakukan olahraga. Tetapi tak sefrontal di luar bulan puasa.Â
Sambil berkisah pengalaman hidup, saya akan berbagi olahraga ringan ala saya, melalui Esai Foto.
Â
Saya teruskan dulu tetang sikap kawatir ibu, yang sangat-sangat  saya maklumi. Dulu di awal merantau, saya pernah membuat perasaan ibu merana.  Di usia jelang duapuluh, perawakan yang sudah kurus berubah tambah cungkring.
Ibu, menampakkan dirinya menjadi orang yang paling sedih kala itu. Â Wajar banget, namanya ibu ya begitu.
Ketika mendapati saya liburan dan pulang, ibu langsung masak makanan kesukaan, agar saya makan banyak dan lahap.
"Seminggu sekali, makan pakai lauk ayam atau daging", "Beli susu, jadi tiap pagi bisa diminum" , "Kalau lapar malam-malam, keluar beli nasi goreng atau apa gitu"
Saya hanya menjawab "Iya" dan "Iya", menanggapi petuah ibu.
Padahal masalahnya, bukan tidak mau mengonsumsi, tapi dompet tidak bersahabat untuk membeli makanan disebutkan ibu. Ketika hendak kembali ke kota, ibu membawakan aneka makanan kering buat stok.
-------
kita lanjutkan senamnya dulu ya
Kita terusin kisah bersama ibu...
Setelah karir menanjak, komisi penjualan (sebagai marketing) meningkat. Maka saya lebih leluasa, memillih asupan yang disukai. Seperti balas dendam ketika cungkring, maka saya makan apa saja yang diingini.Â
Kala itu, seiring pergaulan yang meluas. Dalam seminggu, ada saja acara saya datangi dan ditutup dengan acara makan-makan. Otomatis, bobot ini terjadi penyesuaian (baca penggendutan).
"Makin makmur ya" celetuk teman atau tetangga di kampung halaman, yang lama tak bersua
Sejak saat itu, kecerewetan ibu soal makanan mereda dan bahkan tidak pernah terdengar.
Oke, sebentar ke kisah ibu lagi
Benar, ibu tidak lagi marah lagi soal kecungkringan. Tetapi obestitas saya alami, tentu membuat badan tidak nyaman. Â Duh, repot hidup ini -- hehehehe- kurus salah, kegemukan salah.Â
Niat diet sempat ada, tapi hanya sekilas dan angin-anginan saja (alias tidak bener-bener). Pun ketika menemukan belahan jiwa, dan tidak mempermasalahkan bentukan badan ini. Membuat saya semakin nyantai.Â
Saya bertahan dengan badan gendut, sampai punya dua anak.
Sebagai penutup cerita di awal, obesitas ternyata mengundang penyakit. Dan saya mengalami hal tersebut. Pernah saya ulas di artikel lain, perihal hasil diagnosa dokter. Dan itu menjadi titik balik, saya berubah dalam gaya hidup dan pola makan.
Empat tahun, setelah menanggalkan kebiasaan kurang sehat. Saya berusaha, agar berat badan tetap ideal. Keluhan pusing dan gampang capek plus gampang masuk angin, kini relatif jarang saya alami.
Percaya deh, Mempertahankan Itu Lebih Sulit !
Kalau ada alasan, olahraga saat puasa bikin haus atau kawatir batal puasanya. Sebenarnya, hal ini sangat bisa disiasati. Yaitu dengan mengatur waktu olahraga, serta memilih gerakan yang menyesuaikan.
Tantangan mempertahankan hal baik, memang sangat sulit dan berliku. Semangat saya masih naik turun, tetapi saya menjaga diri, jangan sampai kebablasan dan kembali obesitas.Â
Sulitnya mempertahankan pencapaian, semestinya dijadikan tantangan buat diri sendiri.
Seperti halnya puasa, maka olahraga bisa menjadi cara untuk hidup sehat. Kalau puasa untuk detox (membuang racun) di jiwa, maka mengatur pola makan dan olahraga adalah untuk detox raga.
Salam sehat, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H