Benar, ibu tidak lagi marah lagi soal kecungkringan. Tetapi obestitas saya alami, tentu membuat badan tidak nyaman. Â Duh, repot hidup ini -- hehehehe- kurus salah, kegemukan salah.Â
Niat diet sempat ada, tapi hanya sekilas dan angin-anginan saja (alias tidak bener-bener). Pun ketika menemukan belahan jiwa, dan tidak mempermasalahkan bentukan badan ini. Membuat saya semakin nyantai.Â
Saya bertahan dengan badan gendut, sampai punya dua anak.
Sebagai penutup cerita di awal, obesitas ternyata mengundang penyakit. Dan saya mengalami hal tersebut. Pernah saya ulas di artikel lain, perihal hasil diagnosa dokter. Dan itu menjadi titik balik, saya berubah dalam gaya hidup dan pola makan.
Empat tahun, setelah menanggalkan kebiasaan kurang sehat. Saya berusaha, agar berat badan tetap ideal. Keluhan pusing dan gampang capek plus gampang masuk angin, kini relatif jarang saya alami.
Kalau masih ada waktu, Â sembari menunggu menit-menit terakhir menuju bedug maghrib,bisa ditambahkan dengan gerakan gerakan ringan lainnya. Dan ketika nafas ngos-ngosan, keringat keluar dari pori-pori, bersamaan dengan tiba waktu berbuka- dokpriPercaya deh, Mempertahankan Itu Lebih Sulit !
![Kalau masih ada waktu, Â sembari menunggu menit-menit terakhir menuju bedug maghrib,bisa ditambahkan dengan gerakan gerakan ringan lainnya. Dan ketika nafas ngos-ngosan, keringat keluar dari pori-pori, bersamaan dengan tiba waktu berbuka- dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/10/page2-5eb7af79d541df14ea4db3b4.jpg?t=o&v=555)
Kalau ada alasan, olahraga saat puasa bikin haus atau kawatir batal puasanya. Sebenarnya, hal ini sangat bisa disiasati. Yaitu dengan mengatur waktu olahraga, serta memilih gerakan yang menyesuaikan.
Tantangan mempertahankan hal baik, memang sangat sulit dan berliku. Semangat saya masih naik turun, tetapi saya menjaga diri, jangan sampai kebablasan dan kembali obesitas.Â
Sulitnya mempertahankan pencapaian, semestinya dijadikan tantangan buat diri sendiri.