![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/04/img00467-20130730-1644-5eafeb4a097f361703188072.jpg?t=o&v=555)
Siapa nyana, kekangenan akan suasana ngabuburit. Ternyata sangat dirasakan, beberapa teman yang merantau di luar negeri.Â
Ketika saya menangani acara bincang-bincang di Komunitas, narsum yang ada di Beijing, Dubai dan Turkiye menyatakan hal yang sama.
Menurut para diaspora ini, kegiatan ngabuburit hanya bisa didapati dan dirasakan di Indonesia. Di negara lain, puasa ya sekedar puasa saja. Waktunya berbuka, tidak diawali dengan ngabuburit.
Tetapi juga ada, kegiatan buka puasa bersama di adakan kantor atau instansi pemerintahan. Biasanya KBRI (Kedutaan Besar RI) Â juga menggelar kegiatan Ramadan, atau beberapa masjid di tempat mereka bermukim.
![KBRI Beijing - dok Dany Saputra](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/04/fb-img-1587651072149-5eafea9dd541df3188409927.jpg?t=o&v=555)
Ramadan di manapun itu, selalu penuh suka cita. Bulan penuh berkah, dan setiap ibadah serta kebaikan dilipat gandakan pahala.
Ramadan Tahun ini, Saatnya Ngabuburit dengan Cara Berbeda
Wabah covid-19 sejak awal februari, belum juga berlalu bahkan setelah bulan Ramadan tiba. Maka kegiatan peribadatan terkait puasa, otomatis menyesuaikan.
Saya bersama istri dan anak-anak. sejak hari pertama Ramadan sepakat, menegakkan sholat fardu dan taraweh berjmaah di rumah.
Bahkan untuk sholat jumat, juga terpaksa diganti dengan sholat duhur di rumah. Meski sempat galau, tapi terkuatkan setelah mendapati fatwa dari para alim ulama.
Bahwa hidup, tidak selalu sejalan dengan keidealan dalam pikiran, begitulah kenyataannya. Banyak situasi terjadi, justru diluar harapan dan perkiraan.