Belum lagi kalau jelang idul fitri, sepuluh hari terakhir masa sakral itu (saatnya itiqaf). Waktu dihabiskan untuk belanja parcel, serta keperluan lebaran.
Focus ibadah yang seharusnya semakin diteguhkan, justru luntur dan sama sekali tiada nilai ibadah yang didapatkan.
Tigapuluh hari menjalankan ibadah puasa, hanya lahiriah saja yang kelihatan tidak makan dan minum, tetapi puasa batiniah tidak dijalankan.
Sehingga, kemenangan di hari raya Idul fitri tidak didapatkan. Wajah senyum dan bahagia itu, karena terlepas dari kewajiban menahan lapar dan haus.
Dengan atau Tanpa corona Ramadan Tetap Bulan Mulia
Dengan penyikapan manusia, yang (bisa dikatakan) abai terhadap bulan suci. Sebenarnya bukan siapa-siapa yang dirugikan, kecuali diri sendiri.
Ramadan tetaplah bulan mulia, meskipun (misalnya) kebanyakan manusia tidak peduli dengan kedatangannya.
Ramadan tetap menjadi dirinya sendiri, dengan penyikapan seperti apapun dari manusia terhadapnya.
Mungkin saja wabah Pandemi Covid-19, bisa menjadi moment introspeksi diri. seberapa jauh kita telah melenakan bukan mulia.
Maka kalau ada himbauan tawareh dan berbuka di rumah, kemudian himbauan sholat Idul fitri dikerjakan sendiri ini bisa semacam tamparan (bagi yang mau berpikir).
Karena dengan atau tanpa corona, Ramadan tetaplah bulan mulia.