Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Jadikan "Stay at Home" Alasan untuk Gendut!

7 April 2020   17:20 Diperbarui: 8 April 2020   23:27 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay

Kompasianer, setuju nggak dengan pendapat saya. Kalau sebagian kita, biasanya jengah kalau dikatakan gendut -- saya juga sih. Kata gendut, (menurut saya) seperti mengandung unsur bullying. Dan di telinga, rasanya gimana gitu.

Sementara itu, ada beberapa teman atau saudara. Yang malah pede dengan tubuh gendut dimiliki, kemudian dijadikan ciri khas dan muncul kelebihan bakatnya.

Bobot saya, saat ini (bisa dikatakan) naik turun. Sejauh ini,  saya selalu berusaha menahan diri, tidak mengonsumsi sembarang makanan. Saya sadar usia dan memprioritaskan kesehatan. Ternyata alasan ini, menjadi rem yang cukup ampuh.

Puncak kegendutan itu, pernah saya alami pada sekitar tahun 2016-an. Kala itu, saya pernah sakit dan sempat khawatir terkena stroke.

Ngemil itu wajar asal tidak berlebihan. Agar tidak berlebih bisa disiasati, dengan memilih jenis camilan (makan utama juga berlaku) yang banyak serat-dokpri
Ngemil itu wajar asal tidak berlebihan. Agar tidak berlebih bisa disiasati, dengan memilih jenis camilan (makan utama juga berlaku) yang banyak serat-dokpri
Diagnosa dokter, menyebutkan nama penyakit terindikasi di tubuh ini. Seketika itu, menjadi warning pada diri sendiri.

Kemudian nasehat ahli nutrisi, tentang mana asupan baik dan tidak baik bagi tubuh. Makanan apa yang sebaiknya dihindari, benar-benar saya terapkan demi kebaikan diri sendiri.

Keputusan itu, cukup manjur --- Bobot saya yang dulunya sekuintal itu, perlahan-lahan menyusut. Badan menjadi lebih enteng, kebiasaan pusing mereda dan jadwal kerokan sangat jarang ditunaikan.

Tapi tunggu dulu,  ujian untuk hidup sehat ternyata tidak berhenti sampai disitu. Ketekunan dan konsistensi, menjadi ujian yang paling berat.

Melihat makanan kesukaan, biasanya mulai kendor pertahanan. Kalau sedang datang rasa malas, olahraga rutin mulai ditinggalkan.

Apalagi hari hari belakangan, ketika gerakan stay at home sedang di galakkan. Maka kemalasan itu, seperti memanggil-manggil untuk dilakukan.

dokpri
dokpri

Jangan Jadikan "Stay at Home" Alasan untuk Gendut 

O'ya, rasanya saya perlu memperkenalkan diri. Bahwa selain menulis untuk akun pribadi. Saya juga admin Ketapels (Kompasianer Tangerang Selatan Plus), menulis untuk akun komunitas.

Dalam suasana tinggal di rumah, kegiatan offline banyak yang berkurang, Ketapels menyiasati, dengan sering melakukan kegiatan online.

Saya dan admin lain bekreasi, dengan konten bincang-bincang. Mengajak Kompasianer dan Teman Ketapels di program ini.

Di awal april, obrolan bersama Kompasianer Adica Wirawan, minggu ini siap publis bincang-bincang dengan Kompasianers yang bermukim di salah satu kota di Perancis bagian selatan.

Untuk bincang-bincang ketiga (minnggu depan), saya sudah siapakan narasumber yang kompasianer dan ahli gizi. Tema tentang gizi ini cukup unik, karena erat kaitannya dengan stay at home.

Tapi maaf ya, tidak semua materi obrolan saya tuliskan di sini. Biar tidak spoiler, saya bahas masalah tinggal di rumah kaitannya dengan gendut.

obrolan komunitas-dokpri
obrolan komunitas-dokpri
Menurut narsum (saya juga nggak sebutin nama), memang langkah tepat memutus rantai penyebaran virus Corona adalah dengan tetap tinggal di rumah.

Tetapi kita musti waspada, dibalik ajakan tinggal di rumah ada akibatnya yaitu ngemil serta mager.

Pada point ini, sebenarnya sangat tergantung pada diri sendiri. Ngemil itu wajar asal tidak berlebihan. Agar tidak berlebih bisa disiasati, dengan memilih jenis camilan (makan utama juga berlaku) yang banyak serat.

Asupan kaya serat didapat dari makanan yang diproduksi langsung oleh alam, yaitu buah dan sayuran.  Tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk mencerna serat, sehingga membuat kenyang lebih lama.

Sementara masalah mager, sangat bisa disiasati dengan melakukan pekerjaan rumah (nyapu, ngepel, nyuci dsb). Dengan aktif bergerak, akan membantu mengatasi bosan dan mengalihkan stress.

Nah kalau ada yang bilang, stay at home itu bikin gendut itu salah. Karena gendut atau tidak, sebenarnya tidak ada kaitan dengan stay at home.

Meksipun kita tidak stay at home-pun, kalau pada dasarnya suka ngemil dan tidak ketat dalam memilihi dan memilah makanan. Ya, tetap saja gendut -- maaf ya.

Semoga bermanfaat. 

img-20200407-wa0028-5e8c6e0c097f361c6e508c42.jpg
img-20200407-wa0028-5e8c6e0c097f361c6e508c42.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun