Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Selarik Hikmah di Balik Covid-19, Sebegitu Sibukkah Kalian Para Ayah?

26 Maret 2020   23:06 Diperbarui: 27 Maret 2020   14:50 3121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika sekarang semua dikejutkan dengan wabah Covid-19, mungkin ini pula saatnya bagi para ayah untuk meluangkan lebih banyak waktu bercengkerama dengan keluarga.| Dokumentasi pribadi

Lazimnya para ayah, punya hanya sedikit waktu untuk istri dan anak-anak di rumah. Hal ini berlaku pada (nyaris) semua ayah, di segala lapisan sosial ekonomi pendidikan.

Mulai dari ayah yang petani, ayah pekerja kantoran, ayah pengemudi ojol atau angkutan umum, ayah pedagang, ayah yang bekerja secara mandiri (wiraswasta) dan lain sebagainya.

Tugas dan tanggung jawab pencarian nafkah keluarga, rupanya begitu menyita waktu, tenaga dan pikiran selama seharian.

Ayah berangkat di pagi buta, kemudian seharian bergelut dengan peluh di luar rumah, dan pulang ketika langit berangsur gelap membawa sisa tenaga yang ada.

Saya kagum dengan para ayah yang tangguh, pada pundak mereka begitu sigap memikul beban tak terkira beratnya. Dan untuk hal itu, ayah rela mengorbankan yang dimiliki bahkan dirinya sendiri.

Tak ayal sesampai ayah di rumah, genap sudah tubuh menyandang peluh dan kelelahan. Kemudian hanyut dalam istirahat, istri dan anak-anak tak berani mendekat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
"Sssst, ayah jangan diganggu."

Buah hati dengan langkah jinjit menengok ke ibu, kemudian balik arah dan ciut nyali selanjutnya urung mendekati ayah sedang terlelap.

Si ayah menanggung kecapekan, sangat butuh waktu istirahat mengembalikan stamina. Menyiapkan diri menyambut hari baru, kembali mengulang seperti hari ini dan kemarin.

Entahlah seberapa panjang waktu hendak dilewati ayah, dengan terus mengulangi hal yang sama seperti layaknya menghembuskan nafas.

------

Wabah Covid-19 benar-benar menyentak kita semua, berdampak kepada seluruh sendi kehidupan dan melumpuhkan rutinitas keseharian. Detik ke detik berjalan terasa lamban dan mencekam, saya, istri, dan anak-anak enggan keluar rumah dan berdekatan dengan orang sekitar.

Saya dibuat sedih tanpa bisa berbuat apa-apa, ketika minggu pertama pemberlakukan stay at home ada tiga pekerjaan dibatalkan mendadak.

Bahkan ada yang di minggu malam meeting dengan matang, sepakat memulai pekerjaan pada keesokan hari. Tetapi di senin pagi, mendapat kabari bahwa semua rencana ditangguhkan.

Mendengar berita perih ini, badan ini lunglai seperti tak bertulang, harapan dipatri mendadak melayang meskipun sudah di depan mata. 

Sekolahnya gadis kecil diliburkan, sementara kakaknya yang mondok musti dijemput pulang, selama beberapa hari ke depan anak-anak harus belajar di rumah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di tengah kepedihan, saya berusaha menggali hikmah di balik peristiwa pahit ini. Terutama untuk para ayah, yang selama ini selalu dengan alasan kesibukan, tak punya waktu bercengkrama dengan keluarga.

Maka saat-saat seperti ini adalah kesempatan, untuk membayar apa yang telah lewat. Mari menurunkan gengsi dan jaim, segera dekati, raih tangan dan rangkul tubuh anak-anak.

Meskipun di awal terasa kaku dan canggung, tetapi kalian (para ayah) yang musti memulai dan menghilangkan sekat serta enggan.

Dalam masa prihatin, kita sedang diberi dispensasi berupa keleluasaan waktu, untuk menebus apa yang telah hilang dengan mengatasnamakan kesibukan.

Sebegitu Sibukkah Kalian Para Ayah ?

Saya yakin, siapapun pasti senang dengan kesibukan. Dengan kesibukan hidup akan terasa lebih hidup, membuat waktu ke waktu berjalan tanpa terasa.

Kesibukan membuat manusia berputar segenap daya, tercipta kreasi dan cara mewujudkan mimpi terpendam di benak. Sampai ada yang rela menghabiskan sepanjang waktunya, untuk berganti dari kesibukan satu ke kesibukan berikutnya.

Begitu seterusnya, sampai segala yang ada di angan-angan ada di genggaman, tetapi ternyata tak menghentikan keinginan untuk menyibukkan diri.

Saya pun juga seperti demikian adanya, tak jauh dari kemauan untuk memiliki banyak hal dan keinginan untuk meraihnya demi kebahagiaan. Namun setelah melihat dan belajar dari banyak peristiwa, saya disadarkan pada satu hal bahwa ada yang kalau sudah lewat tidak bisa digantikan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Adalah waktu!

Waktu hanya sekali lewat, selepas itu usang digantikan yang baru. Waktu berjalan beriringan dengan usia, dan semakin bertambah usia maka akan mengubah keadaan.

Anak yang dulunya merangkak kemudian bisa berjalan dan berlari, istri yang dulunya muda remaja, berangsur menua seperti halnya para suami.

Apakah untuk alasan kesibukan, sehingga melenakan kita dari semua perubahan pada buah hati dan belahan jiwa. Bagi saya, tidak ada yang namanya kesibukan, yang ada adalah PRIORITAS.

Misalnya di Sabtu siang, ayah lebih memilih meeting dengan teman dibanding jalan-jalan dengan istri dan anak-anak, berarti teman adalah prioritas.

Kalau malam hari, ayah lebih memilih menekuni tugas kantor dibanding menemani anak belajar. Maka pekerjaan kantor yang dibawa ke rumah, saat itu juga menjadi prioritas.

Ketika sekarang semua dikejutkan dengan wabah Covid-19, maka selarik hikmah janganlah ayah abaikan. Adalah membuat prioritas untuk istri dan anak-anak, kalau hal ini masih juga tidak kalian kedepankan. Wahai para ayah, sebegitu sibukkah kalian?

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun