Wabah Covid-19 benar-benar menyentak kita semua, berdampak kepada seluruh sendi kehidupan dan melumpuhkan rutinitas keseharian. Detik ke detik berjalan terasa lamban dan mencekam, saya, istri, dan anak-anak enggan keluar rumah dan berdekatan dengan orang sekitar.
Saya dibuat sedih tanpa bisa berbuat apa-apa, ketika minggu pertama pemberlakukan stay at home ada tiga pekerjaan dibatalkan mendadak.
Bahkan ada yang di minggu malam meeting dengan matang, sepakat memulai pekerjaan pada keesokan hari. Tetapi di senin pagi, mendapat kabari bahwa semua rencana ditangguhkan.
Mendengar berita perih ini, badan ini lunglai seperti tak bertulang, harapan dipatri mendadak melayang meskipun sudah di depan mata.Â
Sekolahnya gadis kecil diliburkan, sementara kakaknya yang mondok musti dijemput pulang, selama beberapa hari ke depan anak-anak harus belajar di rumah.
Maka saat-saat seperti ini adalah kesempatan, untuk membayar apa yang telah lewat. Mari menurunkan gengsi dan jaim, segera dekati, raih tangan dan rangkul tubuh anak-anak.
Meskipun di awal terasa kaku dan canggung, tetapi kalian (para ayah) yang musti memulai dan menghilangkan sekat serta enggan.
Dalam masa prihatin, kita sedang diberi dispensasi berupa keleluasaan waktu, untuk menebus apa yang telah hilang dengan mengatasnamakan kesibukan.
Sebegitu Sibukkah Kalian Para Ayah ?
Saya yakin, siapapun pasti senang dengan kesibukan. Dengan kesibukan hidup akan terasa lebih hidup, membuat waktu ke waktu berjalan tanpa terasa.
Kesibukan membuat manusia berputar segenap daya, tercipta kreasi dan cara mewujudkan mimpi terpendam di benak. Sampai ada yang rela menghabiskan sepanjang waktunya, untuk berganti dari kesibukan satu ke kesibukan berikutnya.