Sebagai suami sekaligus ayah, pada titik tertentu, kadang saya tersadarkan tentang satu hal: betapa menjadi ayah adalah peran istimewa yang tidak boleh disia-sia dan disepelekan.
Ayah dibekali tekad dan energi tak terdefinisi, mendorong para kepala keluarga bersedia rela dan merelakan diri.
Saya berkesimpulan, bahwa ayah dipersiapkan menjalani episode "epic" di perjalanan hidupnya. Â Bersedia meleburkan diri dalam tantangan, dan menjalaninya dengan sepenuh kesadaran.
Entah keyakinan seperti apa yang bersemayam di benak kami (para ayah), sehingga geming dalam gigih dan tak enggan mengorbankan diri sendiri
Saya juga tidak meyangka, akan disampaikan pada babak kehidupan yang sedahsyat ini, yaitu menjalani peran sebagai kepala keluarga.
Menuntun kepada kenangan, akan sosok almarhum ayah yang sederhana dan irit bicara. Yang bagaimanapun keadaannya, beliau telah mempersembahkan sebisanya untuk istri dan kami enam anaknya.
Ayah saya guru sekolah dasar, telah mencotohkan tentang kegigihan itu. Setiap pagi dan siang, menyusuri sawah sejauh lima kilometer ke desa tetangga menuju tempat mengabdikan diri.
"Menjadi ayah adalah peran istimewa yang tidak boleh disia-sia dan disepelekan."
Tetapi buktinya, kegigihan itu dijalani hingga masuk masa pensiun tiba. Dan sepeninggalnya, buah dari keringat dan tenaga kecil itu dinikmati gaji bulanan untuk istrinya sampai kini.
------