Maka mencintai dengan setia adalah mencintai dengan penuh rasa tanggung jawab. Kita tahu tanggung jawab adalah terpenuhinya hak dan kewajiban, bukan ? Jika kita merasa berhak menerima cinta dan kasih sayang seseorang. Kita wajib menerima seseorang apa adanya--- Hal 16, Buku Cerita Sebelum Bercerai (CBS) , Fahd Pahdepie
Saya sepakat yang dikatakan penulis buku CBS, bahwa selain cinta adalah sikap setia menjadi kunci bertahannya perkawinan mereka (ayah dan ibu -- kandung & mertua-- saya).
Mencintai Itu Mudah yang Sulit adalah Setia
Saya yakin, setiap pasangan suami istri pernah terpikirkan. Entah hanya selintas pasti pernah terbersit keraguan, apakah telah menikah dengan orang yang tepat.
Hal ini terjadi biasanya (saya juga mengalami), ketika menemukan kelemahan, kekurangan atau hal yang bertolak belakang terjadi pada pasangan.
![koleksi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/03/08/dscn2060-5e644978d541df767f475112.jpg?t=o&v=555)
Ternyata perasaan cinta saja sangat tidak cukup, untuk menghadapi sikap atau perilaku pasangan yang "makan" hati dan pikiran itu. Â
Maka yang dibutuhkan adalah sikap SETIA, dan hal itu tidak mudah. Kesetiaan adalah sebuah keberanian, untuk mempertanggungjawabkan perasaan perasaan yang dimiliki.
Untuk hal-hal yang baik seperti setia, biasanya bisikan bisikan setan dari dalam diri terus terdengar di gendang telinga. Menyusup di pikiran dan perasaan, benar-benar menguji yang namanya kesetiaan.
-----
Kompasianer, mungkin pernah mendapati ibu kita yang disakiti perasaannya oleh ayah kita (atau sebaliknya). Mungkin Kompasianer juga pernah mendapati, bahwa satu diantara orangtua berada di titik ambang menyerah.
Kehidupan dengan segala peristiwa terjadi di dalamnya, telah mengantarkan beragam kejadian yang bahkan tidak terprediksi sebelumnya.