Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Semua Orang Memang Dikutuk?

3 Maret 2020   22:48 Diperbarui: 3 Maret 2020   23:08 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah semua orang memang dikutuk untuk tak bisa mendapatkan impiannya dengan cara yang mudah?" Fahd Pahdepie

Saya dibuat terhenyak, membaca quote di atas dari buku "Cerita Sebelum Bercerai". Sejenak merenung dan mencerna kata per-kata itu, dan akhirnya mengamini kebenarannya.

Coba Kompasianer runut dari saat menuntut ilmu di usia belia, untuk meraih prestasi dan bersekolah di tempat yang ideal susahnya minta ampun.

Selepas  lulus pendidikan kemudian mencari pekerjaan, lagi-lagi saingannya sangat banyak dan tidaklah ringan, bahkan ada yang tega sikut kanan dan kiri menangnya sendiri.

Masalah muncul lagi, ketika hendak menemukan orang yang dicinta, meyakinkan satu hati saja tak terbilang pengorbanan ditempuh. Setelah itu masa membina rumah tangga, dilanjutkan mendidik anak-anak, memasuki usai senja dan seterusnya.

Ya, nyaris di setiap fase kehidupan, kita selalu berbenturan dengan yang namanya tantangan.

----

dokpri
dokpri
Saya masih mengingat dengan detil, setiap bagian hidup yang telah saya lalui. Betapa hambatan itu selalu ada, kadang membuat saya pasrah tak berkutik.

Ayah dan ibu dengan kondisi ekonomi pas-pasan, membuat saya tidak leluasa mendapatkan apa yang saya ingini.

Sekolah saya lulus dengan nilai pas-pasan (tidak jelek tapi juga tidak terlalu bagus), mendaftar dan test di Perguruan Tinggi Negri juga tidak lolos.

Termasuk ketika mencari pekerjaan dan hendak menjumpa tambatan hati, makin tambah umur ujian-ujian itu rasanya makin berat dan tak ada habisnya.

Khusus masalah belahan jiwa, kala itu daun telinga saya dibuat tebal dan perasaan ini musti dibebalkan menerima dan menghadapi situasi di luar.

Oke, kalau cerewetnya ibu (yang menyuruh anaknya nikah) bisa saya hadapi dengan kepala tegak. Tetapi dengan sindiran dan atau nyinyiran orang sekitar, itu membuat muka ini pengin dilaminating kemudian dibungkus kertas.

Duh. Tak terhitung berapa jauh jalan ditempuh. Kemudian kenyataan saya dapati, adalah gagal dan gagal lagi, hingga nyaris saya dibuat putus asa.

Tetapi setelah kegagalan itu makin akrab, saya seperti merasakan ada satu tekad dan semangat baru bertumbuh, membisiki agar tidak gampang menyerah dan menghentikan langkah.

Apakah Semua Orang Memang Dikutuk ?

Dan ujian menjemput belahan jiwa, ternyata bukan masalah saya saja, sekian banyak teman mengalami hal serupa.

Ada teman atau kenalan yang sepantaran atau bahkan usianya di atas saya, sampai sekarang (entah sengaja atau terpaksa) masih betah melajang.

dokpri
dokpri
Dan kalau Kompasianer mengamati hastak twitter di malam minggu, para pencari cinta muncul dengan cuitan galau tetapi memendam harap.

Saya sangat memaklumi cuitan mereka, dulu seusia mereka saya juga giat berusaha menjemput takdir jodohnya.

Di dunia nyata, beberapa anak seusia keponakan curhat masalah jodoh, isi masalahnya mirip mirip dengan yang pernah saya alami seumurannya.

Dan saya sangat meyakini, bahwa setiap orang menempuh garis kehidupan masing-masing. Tidak akan ada yang disia-siakan oleh kehidupan, karena di balik setiap rintangan terdapat jalan menuju pintu kebaikan.

----

"Apakah semua orang memang dikutuk untuk tak bisa mendapatkan impiannya dengan cara yang mudah?" Fahd Pahdepie

Sejatinya (menurut saya), tidak ada yang dikutuk dan mengutuk. Bahwa semua yang diingini, terkesan dipersulit dan dihamparkan tantangan sebelum meraihnya, semua itu demi menguji kesungguhan manusia itu sendiri.

Sudah kodrat manusia, terhadap kepemilikan yang didapatkan dengan susah payah, maka setelah meraih hal tersebut akan dirawat sepenuh hati.

Pun belahan jiwa. Yang untuk mendapatkan, musti dibayar dengan kesabaran dan perjuangan panjang dibarengi kegelisahan tak bertepi.

Belahan jiwa yang untuk menemuinya, sudah tidak terhitung seberapa menjulang kita melangitkan pengharapan. Dan seberapa rela menyediakan telinga dan perasaan, untuk mendengar dan mempersilakan cibiran, nyinyiran atau sindiran menghampiri.

dokpri
dokpri
Maka ketika "kutukan" telah ditaklukkan, maka orang yang telah mendapatkan hati dan jiwa yang dicintanya, niscaya akan dipertahankan sepenuh jiwa raga. 

Selalu memiliki prioritas dalam setiap keputusan, tak lain adalah pasangan jiwa yang selalu kita timang perasaan dan hatinya.

Bagi saya, "kutukan" itu, bisa diumpamakan ego diri. Kita sanggup menaklukannya, setelah dilatih dengan serangkaian perjuangan dari semasa belum paham hingga dewasa dan paham dengan sendirinya.

Bagi pecinta yang telah menempuh jalan terjal tuk menjemput belahan jiwa, dia akan selalu merelakan diri mengalahkan kemauannya.

Kompasianer yang masih menghadapi "kutukan" itu, jangan gentar apabila belum menjumpa belahan jiwa. Tetap merawat sabar dan  ikhtiar, agar menjumpa dengan kejutan di ujung penantian. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun