Saya bisa menebak yang terjadi selanjutnya, yaitu "harkat" suami sebagai pencari nafkah dan penanggung jawab keluarga terusik.
Sejak saat itu, Fahd tidak keberatan menyediakan diri meringankan Rizqa untuk urusan rumah. Hal ini dilakukan, demi membahagiakan sang istri dengan cara yang lain
Titik balik itu akhirnya terjadi, berkat ketelatenan dan usaha dibarengi doa, karir sang kepala rumah tangga naik dan berimplikasi pada perbaikan keuangan keluarga.
Tahun ke empat pernikahan, dari banting tulang peras keringat, sebuah rumah baru (menjadi rumah kedua) dipersembahkan suami penyayang ini.
Tahu nggak Kompasianer, semua dokumen dan surat surat kepemilikan rumah, dibuat dan diatasnamakan Rizka---so, sweet.
"Menurut saya, tak ada kompetisi dalam hubungan suami istri. Sebab kita berada di tim yang sama, tidak sedang berlomba !" -- Cerita Sebelum Bercerai , halaman 241.
Merayakan Kehidupan PerkawinanÂ
Sungguh, saya sempat dibuat terkesiap, begitu membuka buku dan mendapati tulisan sangat menyentuh di halaman depan ( halaman iii, setelah cover dalam).
Untuk Istriku, Rizqa
Aku mencintaimu dengan menyerahkan kepadamu semua senjata untuk menghancurkanku, menceritakan semua rahasiaku, membuka segala kelemahanku, mengajarimu perlahan-lahan untuk waktu yang panjang tentang bagaimana cara membuatku sakit, terluka, bahkan tak bisa menyembuhkannya lagi...sampai aku mati.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!