"Wooow Kereeen" dua kata ini mendadak muncul, berulang kali saya bisikan dalam batin maupun ucapkan dalam gumam. Â Hari itu, kali pertama saya mendekat, memegang dan masuk ke Kereta Inspeksi (KAIS).
Saya yakin Kompasianer tidak asing denngan Kereta Inspelsi atau KAIS, yaitu kereta yang biasa digunakan Pejabat Negara atau Direksi KAI, untuk melakukan kunjungan atau inspeksi ke beberapa tempat. Â Guna meninjau keadaan lintasan kereta maupun Stasiun Kereta, yang tersebar di seluruh Kota/ Kabupaten.
Tubuh ini seperti melayang, ketika menginjak karpet empuk, bersih dan harum dengan motif lengkungan batang pohon perdu. Kemudian bisa merasakan duduk di kursi empuk, memandangi ornamen indah ditangkap indera penglihatan.
Menikmati sajian menu istimewa di sepanjang perjalanan, dan tentu saja disuguhi pemandangan alam Garut yang mempesona.
----------
Bagi saya, "Kesempatan" itu semacam privilage. Datangnya tidak disangka-sangka, dan akan menemui hanya kepada orang yang berhak saja. Setiap orang memiliki moment-nya sendiri, dan djamin tak serta merta tertukar dan tidak ada yang sanggup menghalangi.
Kesempatan istimewa datang, (menurut saya) bersama campur tangan semesta. Telah diperhitungkan dengan tepat dan akurat, melalui sistem algoritma kehidupan.
Setiap orang mendapat jatah "kesempatan", sesuai dengan kadar dan takaran masing masing. Dan bagi yang ditunjuk mendapati, niscaya akan dibukakan pintu dan dimudahkan jalan maraihnya.
Ya, "Kesempatan" Â bisa menjadi (semacam) keistimewaan bagi orang yang telah terpilih. Maka jangan disia-siakan, agar membawa dampak baik bagi diri dan sesama.
Dan yakinlah, bahwa "Kesempatan" bisa dipersembahkan dalam bentuk lain (tidak persis pengharapan). Tetapi di mata kehidupan, kesempatan itu tetaplah terpantas yang diberikan.
Misalnya, Lima tahun silam, melalui Kompasiana. Seratus Kompasianer, berkesempatan menginjakkan kaki di Istana Negara. Bersua, berbincang dan makan siang bersama Bapak Presiden Republik Indonesa.
Hal ini tentu menjadi kesempatan langka, tidak bakal terlupakan sepanjang nafas berhembus. Â Saya termasuk satu diantara seratus, kala itu ruang dan waktu begitu memudahkan niat guna memenuhi undangan.
Ya, gimana lagi, kesempatan itu (ke Istana) memang belum menjadi moment-nya. Â Mau diluapkan kedongkolan setinggi gunungpun, Â kalau bukan bagiannya, tidak bakal kesempatan menjadi milik mereka.
Pengalaman Seru Naik Kereta Inspeksi
Nah, menyoal "Kesempatan" ibarat privilage. Baru-baru ini, saya mendapatkan moment istimewa yang lain. Kesempatan itu datang tanpa dinyana, bahkan melebihi ekspektasi saya tumpukan.
Belum genap sepekan peristiwa berlangsung, rasanya masih susah untuk segera move on. Seperti di judul artikel ini, kesempatan itu adalah naik kereta Inspeksi (KAIS).
Saya berkesempatan naik KAIS 4, turut dalam perjalanan dinas Dirut KAI, Bapak Edi Sukmoro dan Bupati Garut, Bupati Garut, Bapak Rudi Gunawan.
Kereta yang sama, pernah digunakan oleh rombongan Wakil Presiden, ketika meninjau banjir bandang di daerah Kabupaten Lebak pada 30 Januari 2020.
Perjalanan kali ini ditempuh dalam waktu dua jam, dalam rangka pengechekan jalur Cibatu Garut yang akan di aktivasi. Jalur Cibatu Garut sempat mati suri selama 37 tahun, padahal memiliki potensi bagi peningkatan ekonomi.
Tak pelak, langkah strategis dan revolusioner ini, disambut dengan antusias warga di sepanjang perjalanan. wajah-wajah dengan senyum sempurna, lambaian tangan penuh semangat, benar-benar membuat dada ini sesak. Ulasannya perjalanan, sudah saya tuliskan di artikel "Setelah 37 Tahun mati Suri, Jalur Kereta Api Cibatu Garut Diaktifkan Lagi"..
Kemudian kereta 2 tempat kami berkumpul, memiliki ruang makan, bersebelahan dengan pantry, ruang bagasi dan toilet.
Sementara kereta paling belakang yaitu kereta 5, memiliki fasilitas yang sama dengan kereta paling depan.
Ketika masuk jam makan siang, petugas mempersilakan kami mengambil makanan, dengan konsep prasmanan. Buah potong dan jeruk cukuplah menjadi incaran, dan saya mengabaikan nasi putih di sepanjang perjalanan.
Pun ketika tiba waktu sholat, di mushola yang karpetnya bersih dan wangi saya turut menjadi makmum. Sensasi menegakkan ibadah di kereta, begitu nikmat dan tak terbilang kata. Melangitkan pengharapan, sembari berkelebat pemandangan di balik jendela kaca di sudut mata.
Dua jam waktu tempuh rasanya seperti sekejap, tetapi saya menjaminkan pada diri sendiri. Bahwa pengalaman naik KAIS, tak bakal terlupa sepanjang hidup. Dan kemudian saya bagikan kepada Kompasianer, agar bisa menjadi cerita yang bisa saya tengok di kemudian hari.
Setiap kita, sangat bisa berharap datangnya kesempatan baik pada diri. Dan dengan dibarengi usaha serta doa, tidak ada yang tidak mungkin bekal terjadi. Â Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H