Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ayah, Jangan Jaim dengan Jagoanmu!

30 Januari 2020   23:07 Diperbarui: 31 Januari 2020   17:45 2522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semasa berseragam merah hati putih, ayah adalah orang yang paling saya "takuti". Mendengar deheman-nya saja, nyali ini langsung mengkeret dan kaki tak berani beranjak.

Badan seketika mematung, saya seperti kehilangan ide atau apapun untuk dikerjakan. Sungguh saya dibuat mati gaya, tak berkutik dengan situasi yang ada.

Pada dasarnya ayah memang irit bicara, meskipun pembawaannya kalem tetapi di mata saya ayah adalah sosok (kala itu) begitu kaku.

Dan menurut saya, ayah tampak menikmati jarak antara kami. Pernah sesekali ayah berusaha mendekati saya, tetapi saya merasakan tak sepenuh hati.

Karena tidak bisa dekat dengan ayah, semasa SD saya kerap bercerita apapun kepada ibu. Kalau tiba-tiba ayah lewat di depan kami, obrolan otomatis berjeda dan waktu seperti menggantung sampai ayah berlalu kemudian obrolan dilanjutkan lagi.  

Dengan ayah saya bicara seperlunya saja, itupun enggan bersitatap dan bisa dihitung berapa kali beradu pandangan (saya lebih banyak menunduk).

Kata "iya", adalah kata yang sering muncul dari bibir mungil kala itu. Selebihnya saya lebih banyak diam, tidak ada interupsi apalagi membantah. Bisa dibayangkan betapa tidak nyamannya, apabila komunikasi terjadi hanya searah.

Dan ternyata kejadian ini tidak pada ayah saya sendiri, para ayah teman semasa SD atau SMP nyaris sama pembawaan di depan anak-anaknya.

Sampai saya berkesimpulan, apakah semua ayah memang dihadirkan serupa antara satu dengan yang lainnya.  Lebih banyak diam, dan sibuk dengan pembawaan diri sedemikian rupa.

-----

dokpri
dokpri
Perubahan itu mulai terjadi, ketika kakak pertama menikah dan punya anak. Meskipun terasa agak cair, tetapi kakak saya masih ada sedikit jaim-jaimnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun