Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suka Ngeyelan (Katanya) Bikin Jauh Jodoh?

25 Januari 2020   20:44 Diperbarui: 27 Januari 2020   04:41 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber | muslimahzone.id

Pagi di lapak ibu penjual nasi uduk, setelah seorang pembeli - perempuan paruh baya - baru saja berlalu. Ibu penjual nasi uduk, berujar dengan nada kesal setengah curcol. "Nggak usah dipikirin ya Pak, memang itu orang begitu kelakukaanya, mana ada laki-laki yang mau"

"Iya, lebay banget, padahal orang sama-sama beli" sahut pembeli lainnya

"Ooo, itu yang belum nikah itu ya" pembeli disebelahnya nyeletuk.

Saya berdiri di tengah obrolan ini, dan hendak membungkus ketan untuk sarapan. Tidak ikut nyeletuk meramaikan suasana, karena memang tidak mengenal orang dijadikan bahan obrolan. Mau tidak mau, mendengarkan obrolan seru itu -- serba salah kan, hehehe.

Meskipun tidak saban hari datang, saya relatif sering mampir membeli ketan di lapak ini. Selain nasi uduk dengan lauk lengkap dan harganya miring, lapak ini juga menjual ketan yang rasanya - di lidah saya - tiada dua (dibanding penjual ketan lain di dekat rumah).

Saya termasuk pembeli setia, dari sewaktu harga seporsi ketan hanya seribu perak. Dan sekarang naik, untuk ketan ukuran yang sama dijual duaribu rupiah.

Dulunya, si ibu juga menjual gethuk singkong seharga limaratus perak sepotong. Gara-gara ketan dan gethuk inilah, akhirnya saya menjadi pelanggan bude (begitu saya biasa menyapa).

nasi uduk- youtube
nasi uduk- youtube
Oke, kembali ke pagi yang riuh di lapak ibu nasi uduk.

Adalah seorang perempuan paruh baya (sekira usia 40-an), yang ngomelin bapak-bapak (usia di atas 60 th) sedang membeli gorengan. Jujur, saya sangat tidak setuju dengan sikap pembeli satu ini. Karena yang diomelin, adalah seorang kakek yang untuk alasan apapun musti dihormati.


O'ya, jadi ada kebiasaan pelanggan di lapak bude. Pelanggan yang sebagian besar sudah kenal, terbiasa mengambil sendiri. Apalagi ketika si bude sedang sibuk, melayani pembeli lain yang membungkus nasi uduk.

Maka untuk dagangan yang sudah siap ambil, seperti aneka gorengan dan ketan. Yang memang dijual satuan dan tinggal mengambil, bude mempersilakan self service.

"udah ambil dan bungkus sendiri saja" ujar bude saat sedang sibuk melayani pembeli lain. 

Dan sayapun terbawa kebiasaan ini, kerena ketan sudah dijajakan per-porsi.

Dan seorang pembeli (perempuan paruh baya) berdiri di dekat meja tempat gorengan, sedang menunggu pesanan nasi uduk disiapkan bude.

Tiba-tiba datang seorang kakek, hendak membeli gorengan dan langsung mengambil sendiri. Sehingga ibu pembeli yang berdiri, terpaksa menggeser posisi berdirinya.
Mula-mula ibu ini diam, baru ketika nasi uduk selesai dibungkus dan hendak membayar terdengar omongan tak mengenakkan itu. "Nih, si bapak nggak sabaran amat, saya mau bayar jadi kehalang deh" (begitu kira-kira omelan dilontarkan)

Saya mendengar, ada nada kesal dalam kalimat dilontarkan. 

Sementara suasana di lapak nasi uduk sedang ramai pembeli, di ruangan sekira tiga kali empat meter, otomatis omelan ini didengar semua orang yang ada di lapak.

Tak ada satu orangpun yang menyahut, atas omelan dari pembeli ini. Masing masing tetap focus, dengan kegiatan sendiri-sendiri. 

Saya sudah selesai membungkus ketan, hendak membayar jadi menunggu bude selesai dengan pelanggan lain.

openrice.id
openrice.id
Begitu selesai transaksi, pembeli perempuan paruh baya berlalu. Barulah riuh obrolan itu terjadi, dan saya yang tidak tahu menahu menjadi punya kesimpulan tentang satu hal.

-----

Kali pertama pindah ke Jakarta, ada teman perempuan satu kantor yang dari wajahnya cukup cantik. Gadis usia sepantaran saya, yang memantik perasaan ingin mengenal lebih jauh.

Kami para lelaki bujang (ada tiga termasuk saya), sempat bisik bisik menaksir dan pengin mendekati. Sebagai pria single, kami fair play artinya bersaing mendapatkan satu gadis sama-sama diincar.

"Udah, aku nggak terusin deh"ujar saya.

Ya, selang seminggu kenal, entahlah menjadi hilang minat saya mendekati. Kemudian memberi kesempatan dua teman lain, untuk melanjutkan "perjuangan". 

Dan siapa sangka, baru saja mengungkapkan hal ini, satu teman juga menyatakan mundur.
"Oke, kasih gue waktu ya," ujar satu teman lainnya. 

Kami berdua yang tak minat, berharap teman ini bisa menaklukkan teman perempuan. Karena yakin, peluangnya lebih besar mengingat tidak ada saingan. Setelah satu setengah bulan berlalu, tanpa kami tanya teman ini menyatakan tak sanggup. 

Dan hasil dari ngobrol, ternyata alasan kami sama. Bahwa teman perempuan yang pernah ditaksir, punya kebiasaan suka ngeyel. Sikap keras kepala itu nampak menonjol, untuk urusan apapun dia ingin pendapatnya yang didengar.
Belum lagi kalau menginginkan sesuatu, selalu dia yang maunya dinomorsatukan. Pernah saya dibuat kesal, ketika sedang di kantin kantor.

Menu yang sudah dipesan teman dan tinggal satu porsi saja, dengan keukeuh menginginkan untuk dirinya. "buat gue aja ya, gue suka banget pindang patin" bujuknya tak kenal menyerah.
Teman dirayu akhirnya mengalah, dan memilih menu lainnya. Meski dari bahasa tubuhnya, juga memendam kesal seperti teman lain di kantin.

Suka Ngeyelan (Katanya) Bikin Jauh Jodoh ?

Kami tiga bujangan, jelang umur tigapuluhan. Ternyata sepakat, kurang terpikat dengan orang yang suka ngeyel. Dan mungkin saja, sikap yang sama juga diamini sebagian besar orang.

Btw, ini bisa berlaku umum ya. Bahwa siapapun, pasti tak suka dengan orang ngeyelan (baik laki maupun perempuan).

dokpri
dokpri
Nah, menyoal orang ngeyel katanya jauh jodoh. Di lapak nasi uduk pagi itu, saya jadi menyambung-nyambungkan dengan perngalaman pribadi.

Benar, saya tidak paham latar belakang ibu pembeli yang ngeyel. Tapi dari celetuk bude dan pembeli lain -- yang kenal--, setidaknya saya bisa menyimpulkan sesuatu.

"Jadi orang jangan ngeyelan gitu, laki-laki jadi males ngedeketin kan," ujar bude sembari menerima uang saya untuk ketan yang saya beli.

Hadeuh, pagi-pagi saya jadi dengar gosip nih. Meskipun nggak ikut-ikutan komentar, tapi saya jadi kepikiran untuk ditulis---hehehehe---dasar bloger.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun