Pada saat ayah ketemu kemudian bilang,"Nak, ayah ada waktu satu jam, ayo kamu cerita yang penting, biar pertemuan ini menjadi quality time"---hehehehe. Ya bukan gitu ayah.
Masih menurut psikolog, quality time tidak bisa dibuat dengan formula yang baku,  pokoknya dibuat mengalir saja, dari kegiatan remeh temeh dan keseharian.
Misalnya ayah dan anak pergi ke warung bubur ayam dan makan berdua. Sambil nyendok bubur, obrolan receh bisa dimulai, dari (misal) sambelnya mau pedas atau enggak, pakai kacang atau tidak, kecap asin atau manis.
Kemudian sambil pulang naik motor, ayah ajak ngobrol tentang alasan ayah gemar makan singkong rebus karena diet. Kemudian ayah mulai rutin jalan pagi, karena badan mulai berat akibat kegemukan. begitu seterusnya dan seterusnya.
Hal-hal atau obrolan ringan selama kebersamaan, yang terkesan receh dan sepele, kalau dilakukan berulang-ulang akan menciptakan suasana cair dan berdampak pada kedekatan ayah dan anak.
Seru pastinya, melihat ayah ngobrol dengan anak, seperti ngobrol dua sahabat. Dan ujung-ujungnya, anak akan dekat sayang kepada ayahnya.
Terus ibu bagaimana, treatment yang sama juga bisa diterapkan oleh ibu. Dan juga bisa dilakukan ayah, kepada anak perempuan. Cuma biasanya, pendekatan kepada anak perempuan musti menyesuaikan.
Bagaimana dengan para ayah yang juga Kompasianer? Apakah kedekatan dengan lelaki jagoan, sejauh ini sudah ayah lakukan. Yuk, segera dekati buah hati. Rengkuh mereka, peluklah hatinya.
Semoga bermanfaat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H