Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Seumuranmu Dulu, Aku Sudah Nikah!"

18 Januari 2020   21:19 Diperbarui: 18 Januari 2020   21:38 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa nyana, kejadian itu menjadi puncak keengganan. Saya menjadi malas berinteraksi, atau apalagi bertandang ke rumah kerabat ini. Berpapasan atau beradu pandang tak sengaja, rasanya kaku dan saya ingin lekas menghindar.

Rasanya tak ada faedah bersinggungan keperluan, kecuali menambah perasaan kesal dan berprasangka buruk. Maka sebaiknya, saya menjauh dan menjaga jarak. Kalaupun ada undangan acara keluarga, saya memastikan orang dimaksud tidak datang.

------

Kompasianer, sebagai manusia (saya juga termasuk), kadang kita ada diselipi perbuatan atau niat tidak baik -- itu adalah pekerjaan setan. Terkadang kita tidak suka keberadaan orang lain, karena dianggap "membahayakan".

Aneka sebab bisa menjadi latar belakangnya, misalnya (maaf) rasa iri atas pencapaian telah diraih pihak lain dan atau ingin mengunggulkan diri sendiri.

dokpri
dokpri
Terhadap sikap kerabat ini, saya menebak dua faktor (iri dan mengunggulkan diri) menjadi musababnya. Kala itu secara karir saya sedang bagus, sementara si kerabat sudah berkeluarga rupanya sedang jobless.

Saya bisa menyimpulkan demikian, karena di beberapa kesempatan, orang ini berusaha (mati-matian) mempertahankan reputasi.

Meskipun untuk maksud itu, harus menjatuhkan pihak lain (yaitu saya). Sejak kejadian berulangkali, justru reputasi orang ini menjadi tak berharga di hadapan saya.

Tidak pernah saya anggap keberadaannya, dan saya tidak begitu peduli dengan reaksinya. Hingga suatu saat akhirnya saya menikah, menjadi suami dan ayah serta tinggal di kota berbeda. Tiba-tiba kerabat ini minta maaf, tidak secara langsung tetapi melalui SMS (jaman itu masih SMS). Oke, sayapun memaafkan.

"Seumuranmu Dulu, Aku Sudah Nikah !"

dokpri
dokpri
Kalimat "Seumuranmu Dulu, Aku Sudah Nikah", sebenarnya akan terdengar wajar apabila diucapkan ketika sedang ngobrol berdua.  Kemudian disampaikan dengan tekanan nada datar, sehingga membuat penerimanya mau membuka diri.

Sikap bersahabat, ditunjukkan dengan cara santun, dan saya yakin akan diterima dengan baik oleh orang yang dituju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun