Suatu hari, saya ngobrol dengan sang si istri. Di parasnya tergambar beban batin, kalimat per-kalimat yang keluar dari mulutnya begitu hati-hati. Kawatir salah ucap, kawatir tidak berkenan di benak suami.
"Ngopi ya dek" tawarnya pada saya
"Terimakasih, saya nggak ngopi buk", balas saya
"Dia itu nggak ngopi, pakai ditawari," celetuk suami dengan nada ketus.
Saya juga suami, merasa sikap seperti ini keterlaluan. Tetapi karena usia lebih muda, posisi saya serba salah untuk mengingatkan. Meski hanya suami sebagai jalan rejeki, tidak seharusnya bersikap demkian.
Dalam kehidupan rumah tangga, sudah bercampur antara rejeki istri, suami dan anak-anak. Suami mesti menyadari sepenuh hati, bahwa di setiap rejeki diraih terdapat doa yang dipanjatkan istri. Terdapat hak anak-anak yang musti ditunaikan, dan jangan sampai ditahan untuk diberikan.
Mingikis Sikap Perhitungan Suami, dengan Cara Seperti Ini
Menghadapi suami yang perhitungan, sebaiknya melibatkan orang yang disegani. Bisa saja istri minta tolong orangtua (ayah atau ibu kandung suami), atau saudara (dari pihak suami) yang disegani.
Menurut seorang psikolog ternama, ada cara (atau katakan metode) yang bisa membantu untuk mengikis sifat perhitungan. Yaitu dengan metode melatih mengalahkan ego, dengan belajar melepas barang dimiliki. Hal demikian, bisa dilatih dari barang kecil.
Baca : Manakar Kadar Pelit dengan Beres-beres Barang
------