Punya suami terlalu perhitungan, duh, pastinya nggak nyaman ya. Kalau yang tahu hanya istri atau keluarga sendiri, mungkin tidak terlalu masalah (meskipun masalah juga sih). Tetapi kalau sudah saudara ipar atau mertua atau keluarga dari pihak istri tahu, bisa jadi bisik-bisik dan timbul pandangan kurang baik.
Kondisi suami perhitungan akan susah disembunyikan, terutama kalau ada acara jalan bareng keluarga besar (pihak istri). Kemudian jam makan tiba, mampir ke warung makan dengan sistem bayar sendiri-sendiri.
"Yuk, silakan pesan"
"Saya nanti saja, silakan pesan duluan" suami perhitungan mengelak.
Dan setelah semua pesan, barulah menimbang-nimbang menu dan harga makanan. Akhirnya memilih menu paling murmer, anak dan istri terpaksa menyesuaikan. "Saya masih kenyang, soalnya tadi makannya nambah" ujarnya berasalan.
Suami perhitungan, asal masih tahapan wajar, mungkin tidak terlalu masalah. Tetapi kalau sudah terlalu perhitungan, itu yang kurang wajar dan tidak bijak.
Bukankah apapun yang serba terlalu, ujungnya pasti tidak akan baik. Â ( jadi ingat penyanyi dangdut Vety Vera, "yang sedang-sedang saja."---hehehe. )
Sebagai kepala keluarga, sikap demikian akan menjadi teladan anak-anaknya kelak. Jangan sampai, sikap terlalu perhitungan (baca pelit) ditiru anak-anak. Bisa-bisa si anak nantinya akan perhitungan, terutama kepada sang ayah di hari tuanya kelak- gawat kan.
----
Dia yang berhak memegang gaji bulanan, karena merasa hasil dari banting tulang dan peras keringatnya sendiri. Belanja dapur dijatah harian, istri dibuat tertekan seperti tidak diberi keleluasaan.