Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hujan dan Banjir, Saat yang Tepat Mencari Hunian

2 Januari 2020   14:29 Diperbarui: 2 Januari 2020   20:57 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar nasehat ini, saya ingat Novel Sang Priyayi karya (alm) Umar Kayam. Mengisahkan keluarga jawa, yang menapaki jenjang priyayi. Rumah Sastrodarsono (tokoh utama di novel ini), menjadi akar yang mengantar anak-anak ke masa depan.

Ibu adalah orang paling depan, mensupport saya untuk giat mencari (dan membeli) rumah. Dan saya mengamini nasehat ibu, bahwa rumah menjadi kebutuhan cukup krusial.

Banyak orang rela bekerja siang malam, ibarat kata kaki jadi kepala dan kepala menjadi kaki.  Salah satunya, demi memenuhi kebutuhan keluarga (termasuk rumah pastinya). Tetapi di lain sisi, harga rumah terus merangkak naik saban tahun.

pameran perumahan-dokpri
pameran perumahan-dokpri
Zaman masih giat berburu rumah, saya mendapati rumah dengan tanah ukuran 90 meter persegi termasuk kategori paling kecil. Sekarang ternyata ada yang lebih minimalis lagi, rumah dengan ukuran tanah 60 meter persegi ditawarkan.

Alasan dikemukakan pengembang cukup masuk akal. tanah yang ada di bumi ini tidak bertambah luasnya. Sementara peminat rumah, setiap tahun terus bertambah. Maka mengikuti hukum pasar, ketika permintaan meningkat otomatis harga juga meningkat.

Kondisi ini sekaligus menjadi tantangan, agar setiap keluarga bisa mengelola pendapatan dengan bijak dan sebaik-baiknya. "Ketika pendapatan meningkat, gaya hidup jangan ikut meningkat" pesan seorang financial planer.

Hujan dan Banjir, Saat yang Tepat Mencari Rumah

Kompasianer, sependek pengalaman saya, mencari rumah itu benar-benar susah susah gampang. Persis seperti usaha untuk menemukan pasangan hidup, musti mengerahkan segenap daya dan doa tentunya.

Misalnya, datang ke pameran perumahan dan sudah ketemu rumah yang sekiranya sangat cocok. Tetapi begitu melihat harganya, membuat nyali mendadak ciut dan langkah kaki mundur teratur.

 Saya pernah mendatangi rumah dijual, harganya lumayan cocok di kantong, tetapi lokasinya berjarak beberapa meter dari rel kereta api.

Sudah tidak terhitung, berapa banyak perumahan baru atau perumahan lama yang saya dan istri datangi. Bahkan kami pernah datang, ke perumahan masih berupa tanah kavling, pengembang nekad menjual padahal belum kelar urusan dengan empunya tanah, gawat kan!

Ada juga perumahan setengah jadi, ketika kami datang masih dalam proses pengerjaan. Ada juga rumah yang ditinggal pemiliknya, dititip ke tetangga kalau ada peminat hendak melihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun