Eit's jangan kawatir, segera akan ada pembayaran dengan ewallet (saya dengar dari penjelasan karyawan). Dan mesin ini, memang dirancang cashless (no uang cash), jadi jangan siap uang kertas dan bingung nyari tempat memasukan uang ya.
Selesai proses pembayaran, selanjutkan keluar struck berisi nomor antrian dan menu yang dipesan (ingat ya, kertas nomor ini jangan dibuang dulu). Kemudian di layar monitor yang digantung di dekat kasir, akan muncul nomor antrian dan status order kita (prepairing).
Sembari menunggu pesanan saya chek jam, ternyata saya hanya butuh sekira lima menit-an untuk tahap pemasanan awal ini. Kunci pesan cepat hanya satu, yaitu sudah tahu menu apa yang akan disantap.
Kalau masih pilih ini dan itu apalagi pakai diskusi --hehehe--, dijamin waktu dibutuhkan lebih panjang lagi (saya berani taruhan potong kuku deh, hehehe). Apalagi kalau di belakang, sudah ada calon konsumen lain---kasian kan.
"Atrian nomor delapan belas" teriak kasir.
Saya segera bangkit, mendekat sumber suara dan mengambil pesanan. Total hanya sekira lima belas menit, pesanan dine-in saya akhirnya berpindah tangan (saya makan siang selepas sholat Jumat).
Sungguh, saya mengapresiasi inovasi Digital KiosK ini. Sebagai solusi, mengurangi antrean pesan menu. Pada situasi normal (seperti saya sebelum jam makan) mungkin pesanan bisa cepat selesai.
Memang benar, antrian mengular tidak terjadi di depan counter. Tetapi hanya akan bergeser, menjadi antreann yang duduk menunggu nomornya dipanggil. So, jadinya tetap menunggu juga kan.Â
Bagaimanapun, inovasi layanan berbasis tehnologi ini sebuah terobosan baru. Kalaupun ada trial and eror adalah hal wajar.