Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Orangtua Lebih dari Sekadar Orang Tua

12 Desember 2019   07:46 Diperbarui: 12 Desember 2019   07:56 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KBBI :" Orangtua" adalah ayah ibu kandung , "Orang tua" adalah orang yang lebih tua (dari sisi usia) atau bisa diartikan orang yang dianggap tua ( cerdik pandai, ahli dan sebagainya) atau orang yang dihormati atau disegani di kampung.

Kita semua pasti sepakat, bahwa menjadi "orangtua" itu jauh lebih sulit dan menantang dibandingkan dengan menjadi (sekedar) "orang tua". Dari dua kata yang sama, hanya dibedakan tanda spasi ternyata bisa membuat berbeda arti. 

Pada kata orangtua terkandung makna, sebuah tanggung jawab besar dan kewajiban yang dipikul. Pada kata orangtua (tanpa spasi), memiliki makna yang dalam dan proses tidak ringan.

Sementara pada orang tua (dengan spasi), bisa dimaknai tua dari sisi usia. Siapapun bisa meraih predikat tersebut, tanpa ada pesyaratan harus ini dan itu. Asalkan diberi umur panjang, asalkan punya kesempatan hidup lebih lama saja. Otomatis, predikat orang (yang) tua atau kategori tua tersemat kepadanya.

Kata"Orang tua" (dengan spasi) bisa punya dimakna lain lagi, menyiratkan buah dari integritas dan keahlian yang dimiliki. Maknanya adalah orang (yang di) tua (kan). Biasanya pada orang tua dengan makna yang kedua, adalah simbol atau gelar yang diberikan oleh masyarakat.

dokpri
dokpri
Oke Kompasianer, agar lebih mudah mari kita coba rasakan beda dan maksud dari tiga contoh kalimat yang memakai kata "orang" dan "tua" di bawah ini.

"Terimakasih, kepada "orangtua" saya yang telah rela berkorban sepenuh jiwa raga. Tanpa dukung mereka, saya tidak bisa berdiri di sini".

"Kasihan ya, orang tua itu pergi jauh sendirian, naik bus lagi. Pada kemana ya anak-anaknya, kok tega banget."

"Sebagai orang tua di wilayah ini, Pak RT dan Pak RW sangat mengayomi warganya. Setiap keluhan warga, selalu dicarikan solusi".

Saya yakin, tiga contoh kalimat di atas sudah sangat jelas. Membantu mempermudah, untuk membedakan maksud dari dua kata "orang" dan "tua".

-----

baby Jim Aditya-dokpri
baby Jim Aditya-dokpri
Nama Dr. Baby Jim Aditya M.Psi.,Psikolog, saya sudah cukup familiar dari sekira tahun dua ribuan. Yang saya tahu dari televisi, beliau adalah aktivis HIV AIDS dan pemain teater, dengan banyak pengalamanan yang menyertai.

Latar belakang keilmuan di Psikolog di UI, membuatnya bisa menganalisa kecenderungan perilaku orang. Saya bisa merasakan aura kepintaran Baby, dari cara menyampaikan dan menjelaskan satu masalah. Begitu runut dan detil, tampak menguasai bidang yang digeluti.

Saat ini Baby Jim Aditya adalah Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia. Dan beruntung, saya bisa hadir di salah satu kelas dilat beliau, yang mengetengahkan tema "Bela Negara".

Bahwa bela negara dan ketahanan negara, harus dimulai dari ketahanan di dalam rumah. Kemudian ayah dan ibu, memegang peranan penting dalam urusan ini. Agar anak-anak menjadi generasi yang kuat, ayah dan ibunya juga musti kuat dan terus belajar menjadi orangtua yang benar.

dokpri
dokpri
Saya sepakat, bahwa menjadi ayah dan ibu harus pintar. Tahu kapan waktunya, menjadikan anak sebagai teman, menjadikan anak sebagai sahabat, sebagai kawan untuk ngobrol yang menyenangkan.

Saya pernah mendapati, seorang ayah dan anak laki-lakinya yang beranjak dewasa. Mereka berdua cukup akrab layaknya dua orang teman, saya bisa menangkap dari bahasa tubuh dan sikapnya. Anak dengan kedekatan luar biasa ini, niscaya siap bersosialisasi dengan dunia luar, adan membawa kehangatan yang didapat dari dalam rumah,

"Kebanyakan kita, masih menjadi orang tua bukan parents (orangtua)" tegas Baby. Jujur, saya cukup tersentil dengan kalimat ini.

Sontak  saya introspeksi diri, bahwa selama ini masih tua dari sisi umur. Tapi dari sikap pikiran, dan pilihan keputusan ternyata belum sepadan (dari seharusnya). Kesempatan bersua ibu Baby, sunguh tidak saya sia-siakan.

Saatnya Menjadi Orangtua Lebih dari Sekadar Orang Tua

Kompasianer, mungkin pernah membaca berita. Seorang ayah yang menganiaya anaknya sendiri, ayah menelantarkan anak dan istri lepas dari tanggung jawab. Ada kabar membuat prihatin dan miris, seorang ayah menghamili putri kandungnya.

Pun tentang ibu, saya pernah mendapati di jalanan. Seorang ibu, "memberdayakan" anaknya sebagai pengemis. Sementara si ibu mengawasi sembari duduk di trotoar, dan si anak sedang menengadahkan tangan di lampu merah.

dokpri
dokpri
Masih menurut Baby, anak adalah entitas terpisah dari orangtuanya. Tidak ada pengaruhnya, menjadi anak siapapun. Baik anak pejabat, anak dengan orangtua super kaya, atau bahkan anak seorang pemulung.

Anak tetaplah anak sebagai individu yang berbeda dari ayah dan ibunya, anak memiliki garis hidup dan menempuh jalannya sendiri. Benar secara logika dan kasat mata bahwa anak orang berduit punya kemungkinan menempuh pendidikan lebih dibanding anak orang miskin. Tetapi siapa bisa menjamin, bahwa anak orang berduit kelak lebih sukses dibanding anak orang biasa.

Ya, anak adalah entitas terpisah dari ayah dan ibunya. Tetapi bagi ayah atau ibu, yang selalu mengupayakan diri dan ters belajar untuk menjadi "orangtua" yang baik. Tentu anak yang dihasilkan, tidak sama dengan ayah dan ibu yang hanya sekedar menajdi orang tua.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun