Setelah buah pala diangkat dari air garam rendaman dan ditiriskan, kemudian dibagi menjadi dua bagian sesuai kebutuhan (dibuat manisan pala kering dan manisan pala basah).
Calon buah pala yang dibuat manisan pala kering, daging buah pala diiris berbentuk seperti bunga (diiris membentuk kelopak). Sementara buah paka yang dibuat manisan pala basah, daging buah pala dipotong dua dengan bentuk lebih simple (ada di gambar).
Sementara untuk manisan pala basah, setelah diiris sedemikian rupa selanjutnya difermentasi dengan air sirup (air gula) hingga meresap. Untuk manisan pala basah, bu Oyo hanya membuat satu warna yaitu warna asli buah pala.
Untuk harga pasaran, bu Oyo memasang harga Rp.35 ribu/ kg manisan pala kering, dan Rp.30ribu/kg untuk manisan pala basah. Untuk eceran ukuran kecil, bu Oyo membuat bungkusan seberat  250 gram diharga Rp. 10ribu.
Manisan pala kering dikemas, bisa bertahan hingga satu tahun-an, sementara untuk manisan pala basah masih layak konsusmsi hingga enam bulan kedepan. Â Bu Oyo menjual manisan pala tanpa merek, karena reseller yang akan mengemas ulang disertai label merek.
Hanya satu yang terbersit di benak saya, bagaimana nasib manisan pala selepas bu Oyo. Kalau tidak ada inovasi, bisa-bisa manisan pala akan kalah bersaing dengan panganan lainnya.
Saya pikir butuh perhatian khusus dari pemerintah, agar manisan pala tidak layu sebelum berkembang. Sejauh ini bu Oyo mengakui, dari pemerintah pernah memberi bantuan berupa peralatan. Sedangkan bantuan seperti pelatihan atau dana, belum pernah diterima bu Oyo.
Manisan pala adalah cerminan dari sebuah ketekunan -- salam KPK, We Eat We Write.