Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Biar Saja Dibilang Telat Menikah, yang Penting...

6 November 2019   14:20 Diperbarui: 6 November 2019   14:27 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai manusia apalah daya, kita tidak punya kekuasaan bahkan terhadap diri sendiri. Kita masih sangat buta, terhadap kejadian yang akan dialami esok, lusa dan lusanya lagi. Pengetahuan kita sangatlah terbatas, bahkan pada kejadian satu dua menit ke depan. Tak elok, apabila kita mudah meremehkan orang dengan patokan saat sekarang. 

Istilah roda kehidupan terus berputar benar adanya, takdir manusia terus bergerak tidak berhenti di satu titik saja. Pun perihal jodoh, tugas kita manusia sebatas berusaha. Kapan datangnya, dipercepat atau diperlambat atau tidak diperjumpakan di dunia, bukan wewenang manusia sendiri. Ada tangan gaib yang bekerja, lazimnya akan seiring dengan upaya si manusia.

dokpri
dokpri
----

Selepas pindah rumah baru, komunikasi dan interaksi dengan si bunda berkurang drastis. Istri mulai sibuk antar jemput anak yang sekolah TK, sibuk berjualan online dan repot dengan pekerjaan rumah. Hanya sesekali ketemu itupun tidak sengaja, kadang berpapasan di jalan atau tak sengaja ketemu di pasar kaget dan bersapa seperlunya.

Hingga pada minggu pagi sebuah kabar terdengar, seorang duda sepuh (istri meningal dua tahun-an) melamar si bunda. Bapak dengan tiga anak sudah dewasa, dan sudah menjadi kakek dengan dua cucu menyunting ibu penjaga loket. Kami menyambut suka cita kabar ini, dan acara pernikahan berlangsung sangat sederhana, hanya istri yang datang tanpa saya dan anak-anak.

Pernikahan disertai "drama", ketiga anak si bapak tidak ada yang bersedia datang. Sehingga duda sepuh dan si bunda, melenggang tanpa sukacita pihak mempelai lelaki. Apapun yang terjadi, pernikahan tetap dilangsungkan dan dihadiri keluarga pihak perempuan. 

Tanpa terasa tiga tahun berlalu, pernikahan pasangan suami istri "berumur" telah berjalan. Dan siapa sangka, kini mereka tinggal di rumah yang dulu kami kontrak. Terdengar berita menggembirakan, dua cucu mulai diperbolehkan bertemu dan main ke rumah kakeknya. Sementara tiga anak dan mantu, sesekali tampak datang menjenguk ayahnya.

dokpri
dokpri

Jangan Gentar Dibilang Telat Menikah, yang Penting..

Setiap malam minggu, ada satu hastag kerap muncul di twitter yaitu #malmingjomblo atau #malamminggu atau #jomblo atau hastag sejenisnya. Saya senyum-senyum sendiri, membaca cuitan berseliweran di time line. Warga twitland sekira umur direntang duapuluhan, atau bisa jadi masih di awal tigapuluhan, mengungkapkan kegalauannya di lini masa. Saya turut dalam keriuahan, dengan meretwet dan menyematkan imoji tertawa atau sedih menyesuaikan isi cuitan.

dokpri
dokpri
Dibalik kegalauan yang tampak, saya melihat hal ini sebagai bentuk upaya menemukan belahan jiwa. Melihat mereka yang masih muda dan belum bersua jodoh, mengingatkan saya akan kisah ibu penjaga loket.

Saya memetik hikmah, bahwa seterjal menempuh jalan menjemput belahan hati, kuncinya satu yaitu jangan pernah berhenti berharap (tentunya dibarengi usaha). Karena hanya harapan, yang bisa memantik api semangat berjuang meraih impian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun