Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengatasi Rasa Bosan pada Anak yang Sedang Mondok

2 November 2019   10:39 Diperbarui: 2 November 2019   11:12 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Ya, kalau sedang tidak ada kegiatan, hari jumat biasanya saya sediakan waktu buat jagoan. Hari jumat adalah hari libur Pondok, setelah mengaji pagi (usai subuh) dan sarapan, anak-anak tidak masuk kelas, sehingga bebas keluar pondok dan sebelum ashar musti sudah balik.

Karena dari beberapa waktu lalu, anak japri ke ibunya (dengan handphone ustad) sedang dilanda kebosanan, maka saya datang lebih pagi dan mengajak jalan keluar.

Sebelum ketemu, saya sudah mempersiapkan diri. Bahwa akan menjadi pendengar yang baik, tidak bakal menyalah-nyalahkan sikap atau tindakan anak. Kalaupun ada keputusan yang perlu dikoreksi, akan saya sampaikan dengan bahasa yang tidak menyalahkan.

Hari itu,  sya mengajak pergi ke satu tempat, beli makanan kegemaran, sholat jumat, makan siang di tempat yang dia suka di Mall. Saya benar-benar menjaga suasana hatinya, agar senang dan memancing mood bagus.

Satu pesan saya selipkan di obrolan di sepanjang kebersamaan, bahwa selama hidup berjalan, manusia tidak lepas dari masalah. Dan kebosanan yang sekarang dihadapi, nanti akan ada ujungnya dan akan berganti dengan masalah lain.

Si ayah mengajak sejenak menengok ke belakang, tentang peristiwa bully, pergelangan tangan kiri yang pernah bergeser, teman sekelas yang memusuhi, tetapi sekarang menjadi sahabat. 

Dan sekarang adalah masa kebosanan melanda, sebentar lagi akan selesai seperti masalah lain sebelumnya.

dokpri
dokpri
Saya meyakinkan anak lanang, bahwa tidak ada yang sia-sia dari masalah atau kejadian yang kita hadapi. Ini adalah cara kehidupan, untuk membentuk manusia menjadi lebih bijak dan arif menghadapi kehidupan.

Entahlah, di masa pubernya, apakah dia paham dengan nasehat ayahnya. Tetapi saya melihat kelegaan, terbersit di raut wajah yang ( di mata saya) semakin ganteng itu -- ya iyalah anak sendiri---hehehehe. 

Dan saya ingatkan pada anak kesayangan, perihal tujuan utama masuk pondok (dulu pernah disampaikan pada saya dan ibunya).  Jadi apapun yang saat ini terjadi, tidak ada pilihan lain,  kecuali menjalani dengan sabar. Kemudian tidak menyurutkan harapan,  serta focus pada cita-cita hendak diraih. 

Mendampingi anak berproses, sebenarnya kesempatan orangtua untuk ikut berproses. Karena ayah atau ibu yang sudah berumur, belum tentu dewasa kalau tidak mengalami peristiwa tidak mengenakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun