Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dalam Pernikahan, Butuh Tekad, Keberanian, dan Kesabaran

30 September 2019   21:02 Diperbarui: 1 Oktober 2019   04:09 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah anak beranjak besar, maka tantangan dihadapi mulai berbeda. Tahap menjaga keutuhan keluarga, juga diperlukan usaha lahir dan batin tanpa berputus. Ya, semua bagian dari episode perkawinan,  adalah lahan perjuangan yang  kalau dijalani dengan baik akan bernilai ibadah.

Begitulah sunnatullah bekerja, kita manusia punya tugas (sebatas) berusaha mencari jalan keluar terbaik atas setiap tantangan. Sementara perihal hasil, biarlah tangan-tangan rahasia yang akan bekerja menunjukkan jalan dan menentukan yang terbaik.

Menikah Butuh Tekad dan Keberanian, Menjalaninya butuh Kesabaran

Kompasianer pasti sepakat, bahwa manusia perlu berusaha, untuk mendapat yang diinginkan. Dan ketika hal diingini ada di tangan, niscaya akan dipertahankan sekuat tenaga.   Untuk menemukan belahan jiwa butuh perjuangan ekstra, apalagi di awal kenal dan ingin mengambil hati orang disayangi.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Bisa jadi inilah rahasia, mengapa (hidup membuat skenario) tidak mudah menemukan pasangan hidup. Agar setelah ketemu, akan disayang sayang dan tidak mudah dilepaskan.

Memutuskan untuk menikahpun, butuh tekad dan keberanian setingkat lebih tinggi. Ada yang secara financial belum cukup, sehingga dibutuhkan tekad dan niat kuat menikah. Sementara ada bujang yang siap financial, tetapi belum kuat secara  mental dan keberanian. Kebanyakan (saya juga pernah mengalami sendiri), bujangan meragukan diri sendiri bahwa dirinya punya tekad dan keberanian.  Jadinya, pacaran ya sekedar pacaran, ketika ditanya kesiapan menikah, jawabannya berputar-putar.

Kehidupan berumah tangga, butuh perjuangan lebih keras dalam menghadapi ujian yang lebih menantang. Jatuh bangun, menangis dan tersenyum, kondisi tentram dan goncangan, menjadi bagian demi bagian dari perjalanan yang harus ditempuh. Suami dan istri dituntut semakin kompak dan solid, agar bisa melewati setiap tahapan perjuangan ini dengan baik dan selamat. Suami dan istri musti saling support, menyepakati satu hal yang sama tentang tujuan sebuah perkawinan.

dokpri
dokpri
Merawat dan mempertahankan pernikahan, bagian dari babak perkawinan yang jauh lebih berat. Benar sebuah perumpamaan, perempuan akan diuji suami jatuh dan laki-laki diuji justru saat mapan. Sehingga keduanya musti saling mengingatkan, agar tak berlaku khilaf dan kebablasan.

Tapi percayalah, sepanjang suami istri menjalani semua ujian dengan pebuh kesabaran, maka hasil didapatkan akan setimpal dengan upaya dikerahkan. Tak ada perjuangan yang mudah, termasuk untuk meraih Sakinah butuh proses berdarah-darah.

Semoga bermanfaat !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun