Keinginan bersekolah disimpan dalam benak, setelah tahu dirinya hendak dijodohkan dengan pilihan orangtua, kemudian perjalanan menuntunya menjadi pedagang kecil di pasar kampung.
Seperti bara dalam sekam, setelah menikah dan lahir buah hati lahir, keinginan lama si ibu kembali bertumbuh. Cita-cita menuntut ilmu dimiliki, Â akan diestafetkan kepada anak-anaknya. Meski untuk keinginan tersebut, badai dan rintangan harus dia hadapi.
Tetapi tak surut langkah ke belakang, apabila itu menyangkut sekolah atau pendidikan anak-anaknya, dirinya siap pasang badan.  "Biar aku saja yang bodoh,tapi  anak-anakku jangan seperti ibunya" ujarnya satu waktu.
Buah pengorbanan tanpa pamrih, sepeninggal suaminya, ibu sepuh mendapat anugerah menjejakkan kaki di kota suci Mekkah dan Madinah. Hari itu, sembari memandangi Kabah, bibirnya geming tak jeda merapal doa dan mengucap syukur.
Kisah CT dan sang ibu, mungkin bukan kisah yang sepadan, dan saya tidak sedang menyepadankan. CT seorang pengusaha sukses dan materi sudah bukan masalah penting, sementara ibu sepuh hanya punya tenaga kecil dengan kekuatan keuangan yang kecil juga.
Namun, saya menemukan benang merah sama, tentang semangat bekerja keras tanpa pamrih. CT bekarja dengan manajemen dan perencanaan matang, dan si ibu minim pengetahuan, banting tulang mengupayakan buat anak dicintai.Â
Keduanya memiliki ketekunan yang sama (dengan versi berbeda), dan keduanya telah membayar masa depan dengan harga hari ini (maksudnya saat sedang merintis)
Membayar Masa Depan dengan Hari ini
Mendengar, menyimak, menyelami cerita ibu sepuh di tanah suci, membaca, mencerna dan meresapi setiap kata di bab demi bab di buku biografi CT, kemudian mengkaji dan belajar dari tausiyah di majelis taklim, saya tercerahkan dan meyakini tentang algoritma kehidupan.Â
Bahwa yang diupayakan setiap orang, bahwa yang dikerjakan, yang dibatin, diucapkan, diniatkan, diperjuangkan, telah disediakan balasan oleh kehidupan. Dunia fana memiliki hitungan hitungan, setiap orang mendapat hitungan sesuai kualitas upaya telah dikerahkan.