Seperti saya mention di bagian awal artikel, urusan domestik juga tak lepas dari campur tangan anak ragil. Pernah satu saat angin besar datang dan genteng kami merosot, sebagai anak satu-satunya di rumah, sayalah naik dan membetulkan.
Kebiasaan di rumah terbawa di perantauan, enggan berbagi kisah duka kepada orangtua. Anak ragil yang bersedia menempa diri, akan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. Sementara kepada orangtua, cenderung berbagi hal-hal yang menyenangkan.
Â
- Perhatian Kepada Orangtua
Saya yakin setiap anak, memiliki cara dan bentuk perhatian yang berbeda kepada orangtuanya. Saya pernah menulis (di Kompasiana juga), teman kuliah asal Mojokerto yang sangat sayang kepada ibunya---teman ini anak ragil.
Lagi-lagi, karena menjadi saksi kerja keras ayah ibu, teman yang ada di cerita ini, pernah saya ketemu di Bank, Â sedang mengirim uang untuk ibunya. Dari teman lain yang satu kost, saya ketahui bahwa kebiasaan teman yang soleh ini dilakukan sejak bulan pertama bekerja.
Baca juga: Ketika Anak Bungsu Dianggap Tak Punya Beban
Apakah ada anak ragil yang manja? Bisa jadi, di tempat lain (kebetulan yang tidak saya jangkau) anak ragil yang manja. Kondisi setiap keluarga tidak sama, menjad penyebab berbedanya perlakuan orangtua terhadap anak.
Bagi semua anak (tak peduli urutan), dari keluarga yang berkecukupan, sangat mungkin mendapat perlakuan berbeda. Punya sikap manja atau tidak, (menurut saya) terkait erat dengan kondisi yang dialami.Â
Bagi anak ragil seperti saya, yang berasal dari keluarga pas-pasan, mungkin saja situasi yang sama akan dirasakan. Kemudian  hal ini mendasari pengambilan keputusan, seperti beberapa point saya sebutkan di atas.
Btw, baru ada tiga hal terbersit di benak, bisa saya simpulkan tentang anak ragil. Kalau Kompasianer ada hal lain, atau sekiranya ada hal yang terlewatkan, monggo silakan Kompasianer menuliskan.