Masa produktif ini ada batasnya, seperti siang hari yang akan berangsur sore. Maka masa muda, adalah kesempatan membangun pondasi untuk masa tua. Masa tua menjadi indah, apabila ada pasangan untuk berbagi dan bersama melewati.
Menikah di usia produktif, memberi kesempatan lebih banyak belajar pada banyak hal terutama mengelola ego. Orang yang piawai mengelola ego secara berkelanjutan, niscaya menjelma menjadi pribadi bijak dalam menghadapi masalah.
- Kekuatan Fisik Ada BatasnyaÂ
Ketika mudik ke kampung, saya pernah iseng meloncat di ruang tengah rumah orang tua, mencoba meraih paku yang dipasang di tiang bagian atas. Saat itu saya sadar, bahwa tidak selincah dan segesit dulu, paku ditempat yang sama itu sekarang tidak bisa saya jangkau.
Persis seperti kisah ayah (saya ceritakan) di awal artikel, pada usia 40 tahun ke atas kemampuan fisik secara alai mulai menurun. Menunda menikah, sama artinya menunda punnya banyak waktu dan tenaga bermain bersama anak.
"Kasihan anakmu nanti" nasehat ibu terngiang.
- Masa Tua (Cepat atau Lambat) Akan Tiba
Semasa SMP, saya ditunjuk sebagai panitia idul kurban. Tugasnya membagi-bagikan daging kurban, ke warga yang tinggal sekitar sekolah. Ada satu rumah letaknya agak terpisah, posisinya berada di antara sawah dan kebun.
Rumah berdinding anyaman bambu, pintunya terbuka tetapi seperti tak berpenghuni. Saya dengan dua teman mengetuk pintu, kemudian terdengar suara lirih menjawab salam.
Sedih ya, melewatkan masa tua dalam kesendirian. Saya yakin, si kakek membutuhkan ketahanan yang luar biasa. Usia produktifnya telah lewat, kemampuan fisik terbatas, hidup sendiri menjalani sisa waktu hingga ujung jatah umur.
------