Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Keterbatasan Bukan Halangan untuk Maju dan Berprestasi

10 Juli 2019   10:40 Diperbarui: 11 Juli 2019   15:26 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jendi melalui video call -dokpri

Ujian belumlah selesai, setelah kehilangan tangan kanan, kholidin harus berjuang melawan bakteri yang masuk ke tubuh.

Namun rasa ikhlas, membuat pria kelahiran Pekalongan ini tetap bertahan.

Kisah lain dialami Angkie Yudistia,  yang kehilangan pendengaran sejak usia 10 tahun. Penyebabnya adalah demam yang sangat tinggi,  lama kelamaan terkena tuli.

Angkie sedang menyemangati adik adik atlet -dokpri
Angkie sedang menyemangati adik adik atlet -dokpri
Tentu bukan hal mudah, bagi anak usia sedang senang-senangnya bermain bersama teman sebaya. Apalagi di sekolah dasar umum,  dia kerap dibully dan dikata-katain "Budeg."

"meski saya tidak mendengar,  tapi ekspresi pembully tidak bisa dibohongi" ujar Angkie

Beruntung, ada ayah, ibu serta keluarga yang selalu menemani dan menjadi teman curhat. Selain itu, memilih berteman dengan teman yang baik dan positif tinking.

Kisah serupa dialami Jendi Panggabean, pada usia 12 tahun, kaki kirinya harus diamputasi akibat kecelakaan. Awalnya Jendi sangat trauma, merasa dunia hancur, sedih dan kecewa. Kedua orangtua tak patah arang,  menyemangati anak kesayangan,  agar segera bangkit.

Orangtua adalah tembok pertahanan terbaik, ketika Jendi berada di titik nadzir dan diperlakukan orang lain dengan aneh dan berbeda
Perlahan tapi pasti, pria kelahiran Muara Enim Sumsel bisa menerima keadaan. Berdamai dengan diri, membuatnya bangkit dan bisa berprestasi.

Jendi melalui video call -dokpri
Jendi melalui video call -dokpri
-----

Kholidin, Angkie dan Jendi,  bisa bangkit karena rasa ikhlas dan berbaik sangka kepada Tuhan. Namun tidak berhenti pada ikhlas saja, karena sikap berserah membutuhkan pembuktian.

Setelah kehilangan tangan kanan, Kholidin musti rutin terapi,  agar keseimbangan badan bisa didapatkan. Karena sempat tidak bisa duduk (apalagi berdiri),  karena musti berjuang melawan virus. Kolidin berusaha keras agar bisa pulih,  sampai akhirnya bisa berjalan.

tangkapan layar akun IG @bantengarchery
tangkapan layar akun IG @bantengarchery
Dengan diantar ojek online,  Kholidin pergi ke lapangan panah di Rawamangun.  Coach yang menemui,  minta agar ayah satu anak menjadi pelatih panahan saja.  Tapi peraih penghargaan dari pemerintah Thailand ini,  memaksa untuk menjadi atlet dan bisa memanah seperti sebelumnya. 

Dibantu sang anak,  mencoba berdiri dan memasang busur. Setelah di depan target, sempat terdiam dan berpikir bagaimana bisa memanah.
Akirnya tali buat memanah dililit dengan sol sepatu dan digigit kemudian diarahkan ke target, setelah dibidik ditahan dan dilepaskan, alhamdulillah terkena sasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun