Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Untuk Pak Usep yang Tengah Berusaha Menggapai Kemenangan Sejati

4 Juni 2019   10:30 Diperbarui: 4 Juni 2019   10:33 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Usep, mohon maaf sebelumnya, kalau saya belum berbagi bantuan berupa harta benda atau tenaga, bahkan sekedar menengokpun tak juga. Perkenankan, satu keinginan sederhana saya, yaitu menyampaikan sedikit yang pernah saya baca dan ketahui, semoga tulisan  ini bisa menjadi penglipur lara. 

Meskipun bisa jadi, hal yang hendak saya sampaikan, sebenarnya adalah hal yang sudah bapak ketahui dan jalani lebih dahulu, sekali lagi mohon dibukakan pintu maaf.


ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Pak Usep, bahwasanya sedih dan senang, adalah dua hal yang kedudukannya sama-sama mulia, ini yang kadang belum banyak kita sadari. Sedih pun senang dibutuhkan oleh manusia, sebagai nutrisi yang menumbuh suburkan kebesaran jiwa. 

Senang bukan berarti lebih baik, sedih bukan selalu lebih buruk, keduanya punya jatah dan bagian hadir di setiap manusia, berfungsi bagi pembentukan karakter dan pendewasaan kta. Senang yang berlebih cenderung membuat lupa diri, maka sedihlah yang mengingatkan, begitulah hukum kehidupan bekerja.

Teringat perjalanan Rasulullah, yang semasa hidupnya menemui onak duri dan cobaan bertubi-tubi, namun beliau memilih hidup dalam kesederhanaan. Semasa kecil menjadi yatim piatu, diasuh sang kakek yang dicintai tapi hanya sebentar, kemudian ikut pamanda berdagang melintasi terik menjelajah gurun Sahara.

Masa muda Rasulullah, bekerja untuk saudagar kaya raya Siti Khadijah, yang kelak menjadi istri paling dikasihi mendampingi dalam kedukaan panjang. Setelah diangkat menjadi Rasul dan pemimpin negeri, masa sulit dan pahit kenabian dilalui penuh tantangan dan perjuangan itu dilalui hingga akhir hayat.

Rasulullah, yang penderitaannya melebihi siapapun, yang dihina dina dan dicaci melebihi nabi dan manusia manapun, yang mengalami kesedihan yang belum dirasakan umat sepanjang jaman. 

Apakah kenestapaan panjang akan menghinakan Rasulullah, TIDAK ! Sama sekali tidak, beliau justru terangkat derajatnya menjadi yang paling tegar dengan kualitas penghambaan yang tidak terkalahkan oleh siapapun sampai akhir jaman.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

Saya sepakat Pak Usep, bahwa kita adalah manusia biasa, bukan orang pilihan dan sangat jauh apabila disandingkan dengan manusia sempurna kekasih Sang Pencipta. Tetapi, justru kekerdilan kita miliki, bisa menjadi alasan kita untuk punya kesempatan belajar. Bahwa keterbatasan kita, menjadi kesempatan mencoba mengikuti rekam jejak Nabi junjungan.

Sedikit rasa nestapa hinggap di batin adalah kewajaran, karena kita manusia biasa selalu butuh diingatkan melalui sapaan kepedihan yang mampir di perjalanan hidup. Dan itu artinya, kita sedang disayang Sang Maha Pecipta, kita sedang dibukakan pintu untuk meneladani Sang Baginda Nabi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun