Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Han, Lebaran Pulang Kan?"

1 Juni 2019   06:26 Diperbarui: 1 Juni 2019   07:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau sedang ada rejeki berlebih, Hanafi tak segan mengajak anak- istri mudik dengan moda transportasi udara. Hanafi merasakan, kesenangan tergambar di wajah sumringah buah hati dan belahan jiwa.

Kini setelah si sulung mulai baligh dan adiknya hampir sembilan tahun, mudik sudah tak seribet saat anak-anak masih kecil. Namun keseruan tetaplah ada, hanya dari sudut pandang yang berbeda.

------

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

Dari pulang kampung ke pulang kampung, Hanafi merenungi tentang perjalanan hidup telah ditempuh. Budaya mudik adalah gerakan massal, bahkan menggerakkan semua sektor kehidupan.

Harga tiket transportasi melonjak, karena  permintaan konsumen cukup tinggi, kebutuhan bahan pokok meningkat. Permintaan kendaraan, baik sewa, mobil bekas atau baru, barang elektronik, gadget, pulsa celuller, tempat hiburan dan wisata semua diburu oleh konsumen.

Setiap orang, ingin tampil lebih, berusaha memantaskan diri di hadapan sanak saudara, meski kadang ada yang memaknai lain lebih dari sekedar bersilaturahmi.

Satu hal yang tidak pernah berubah, adalah senyum tulus di bibir kedua orangtua, dan pertanyaan yang sampai sekarang tak jemu diucapkan ,"Han, Lebaran ini pulang kan?" 

Kini setelah ayanda berpulang, ibu adalah tumpuan Hanafi dan kelima kakak-kakaknya. Sampai berkeluarga, Hanafi selalu berusaha, membawa persembahan sebagai tanda bakti, pengabdian dan rasa sayang. Meski sungguh, apapun yang dipersembahkan anak-anak, tidak akan pernah sanggup membalas kasih dicurahkan kedua orangtua.

"Matur suwun le, Kamu bisa pulang saja, sudah lebih dari cukup" ujar ibu, dengan suara parau.

Satu lagi, kalimat terima kasih seperti ini, rasanya hanya didengar Hanafi dari mulut ibu. Membuat haru membucah, menyaksikan senyum terkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun