Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mampukah Ramadan Meredam Amarahmu?

26 Mei 2019   12:09 Diperbarui: 26 Mei 2019   12:39 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkinkah indikasi ini menjadi (salah satu) pertanda, betapa banyak orang yang baru sebatas Mengetahui dan Mengerti saja perihal Ramadan. Sementara masih jauh, dari perilaku 'Memahami' apa itu Ramadan (apalagi mau mengaplikasikan dalam dirinya).

Jangankan di bulan Ramadan, bulan di luar Ramadan saja kita masih susah menahan diri, tidak berkomentar terhadap apa yang kita dengar dan lihat di sekitar. Terlebih pada satu hal, yang kita tidak sepakati (baca kubu berseberangan), dengan mudahnya kita nyinyir tanpa pikir akibatnya dalam jangka panjang.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

Meredam amarah dan seteru, bisa berarti (sebenarnya) menahan diri untuk tidak menulis atau berkomentar sesukanya di medsos hanya demi kepuasan sementara. Menahan diri memang bukan perkara mudah, tetapi kalau kita sudah coba lakukan setidaknya kita termasuk kategori orang yang punya keinginan berubah lebih baik.

Toh, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, akibat kebaikan tersebut akan kembali pada diri sendiri, dan kita yang akan merasakan dampaknya. Buat apa kita merawat kebencian dan seteru, sementara kita tidak tahu sama sekali, apakah besok nafas kita masih menjadi hak kita.

Menjadi barisan orang beriman memang penuh tantangan, dan hadist " hendaklah berkata baik atau diam"  bisa dijadikan pegangan agar pikiran kita tetap waras. Ramadan tinggal sepuluh hari, apa yang sudah kita dapatkan di bulan suci, jangan sampai sisa bulan mulia akan menjadi sia-sia begitu saja.

Redam amarah dan seteru, hadirkan kedamaian mulai dari dalam diri, niscaya akan berimbas pada sikap dan perilaku kita terhadap orang lain. Bagi orang yang sudah bisa mengalahkan dirinya sendiri (hawa nasfsu), akan jauh lebih mudah untuk belajar berdamai dengan orang lain.

Saya jadi ingat pesan Rasulullah setelah perang badar, "Bahwa kita baru saja pulang dari peperangan kecil menuju peperangan yang besar." Padahal siapa yang menyangsikan, betapa besarnya perang badar. Seorang sahabat bertanya, "Perang besar apa lagi, ya Rasulullah", Rasul menjawab "adalah perang melawan (hawa nafsu) diri sendiri."

Wallahu'alam, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun