Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Maaf Ibu, Bukannya Aku Tidak Mau Mudik!

23 Mei 2019   14:10 Diperbarui: 23 Mei 2019   14:44 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, Alloh perkenankan hamba, bisa kembali fitri di hari yang fitri" doa senada diulang selepas sholat dan diberbagai kesempatan khusyu.

Tanpa terasa, seminggu lagi Ramadan selesai, hal jamak ditemui, shaf-shaf di masjid semakin beringsut maju, termasuk masjid di dekat kost-an Hanafi. Ramadan di lima hari terakhir, kadang tiga shaf tidak genap, kadang dua shaf juga tidak lengkap, apalagi saat sholat subuh, wajah jamaah aktif bisa dikenali dan ditandai.

Mengejar tiket mudik seminggu sebelum lebaran jelas tidak mungkin, semua karcis alat transportasi sudah ludes diburu (bahkan dejak H-90) Mudik as lebaran tahun ini seperti jauh dari angan, tapi ada yang membuat hati Hanafi teriris dan kembali bimbang, pada saat mendengar kuliah subuh dari seorang ustad.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
"Jangan menunda waktu, untuk bersimpuh dipangkuan orangtuamu di hari yang fitri. Karena tidak seorangpun tahu, apakah idul fitri tahun depan masih punya kesempatan berjumpa dengan orangtua. Bisa jadi orangtua yang dipanggil dulu, atau mungkin justru kita yang menghadap lebih dulu"

Materi tausiyah ini, seperti mengoyak perasaan, campur baur antara sedih, perih, binung, namun perlahan menyingkirkan perasaan bimbang. Pagi selepas subuh, Hanafi seperti mempunyai tekad baru, bahwa telinganya akan ditutup rapat ketika nanti mendengar pertanyaan (bernada cemooh) dari saudara dan kerabat.

"Buk, barusan saya beli tiket mudik, tapi dapatnya seminggu setelah lebaran,"

"Gak popo Han, sing penting mudik," suara ibu terdengar antusias.

Seketika waktu seperti terjeda, satu dua detik hening, saya seperti merasakan ada sesuatu hendak disampaikan ibu.

"Han, kemarin ibu ketemu teman SMPmu, itu yang namanya Fitri." Pada saat mendengar nama disebut, ada debar di hati Hanafi. Nama yang dulu pernah ditaksir semasa SMP kelas satu, kemudian teman ini pindah ke luar kota, mengikuti tugas ayahnya sebagai Camat.

Semoga, seusai Lebaran, Hanafi tidak lagi sekadar menanti Fitri-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun